Riset: Diabetes Bisa Sebabkan Masalah Keuangan hingga Kesehatan Mental
63% penderita diabetes melaporkan dampak kesehatan mental.
Jakarta, FORTUNE – Risiko penyakit, salah satunya Diabetes tipe 2 memberikan dampak bagi Keuangan dan Kesehatan Mental di Asia, di samping kebutuhan mendesak pendidikan, pencegahan, dan akses terhadap perawatan. Hal ini terungkap dalam survei Sun Life, berjudul Healthy Habits, Healthier Futures: Preventing Diabetes in Asia.
Survei dilakukan dengan mewawancarai 3.647 responden di Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam mengenai kesadaran mereka tentang faktor risiko diabetes, pengobatan, dan pencegahan. Survei ini mencakup 600 orang yang saat ini hidup dengan diabetes tipe 2, memberikan wawasan terkait dengan kondisi ini.
Penelitian ini mengikuti peningkatan kasus diabetes yang bersifat endemik dalam beberapa dekade terakhir, dengan lebih dari 540 juta orang hidup dengan kondisi ini di seluruh dunia.
Lebih dari 90 juta di antaranya berada di Asia Tenggara, di mana jumlah orang dewasa dengan diabetes diperkirakan akan melonjak menjadi 152 juta pada 2045 dan berpeluang memunculkan tantangan kesehatan serius.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling umum, mencakup sekitar 90 persen dari kasus global. Dari penelitian ini terungkap, meskipun jumlah kasus terus meningkat, hanya sedikit orang yang secara aktif mengambil langkah untuk menurunkan risiko mereka terkena diabetes atau mempelajari lebih lanjut kondisi ini. Padahal, bagi mereka yang menderita diabetes, dampaknya tidak hanya bersifat fisik.
Dampak Tersembunyi
Selain dampak fisik dari diabetes, kondisi ini menyebabkan biaya finansial yang signifikan, mencegah banyak orang mendapatkan perawatan kesehatan yang sesuai. Sebanyak 37 persen penderita diabetes di Indonesia melaporkan dampak finansial yang 'parah' atau signifikan dalam hidup, dengan 81 persen tidak mampu secara konsisten membiayai perawatan yang sesuai.
Kekhawatiran finansial terkait diabetes bahkan lebih dominan dibandingkan kekhawatiran kesehatan. Sebanyak 74 persen non-diabetesi merasa 'sangat khawatir' atau 'khawatir' akan beban finansial yang mungkin terjadi akibat diagnosis diabetes tipe 2, menandai pentingnya perlindungan asuransi kesehatan.
Berdasarkan penelitian ini juga terungkap, 63 persen penderita diabetes melaporkan dampak negatif pada kesehatan mental mereka setelah diagnosis. Hal ini diperburuk oleh dampak sosial yang dialami di rumah dan di tempat kerja; 70 persen penderita diabetes merasa dihakimi oleh keluarga dan teman setelah didiagnosis dan 74 persen menghadapi penilaian atau prasangka di tempat kerja dengan kondisi penyakitnya.
“Beban fisik, mental, dan finansial dari diabetes bisa sangat besar. Jumlah penderita diabetes yang tidak mampu membiayai perawatan yang konsisten menunjukkan kebutuhan mendesak akan akses yang terjangkau ke pengobatan,” kata Chief Client Officer Sun Life Indonesia, Kah Jing Lee dikutip Kamis (14/11).
Temuan lainnya riset ini menunjukkan, risiko diabetes terus meningkat di Indonesi. Namun hanya 47 persen dari populasi yang menjalani pemeriksaan tahunan untuk diabetes tipe 2 dan 36 persen belum pernah melakukan pemeriksaan, sehingga menyebabkan diagnosis tak terduga dan kasus yang tidak bisa dicegah.
Hanya sebagian kecil yang secara konsisten melakukan langkah pencegahan seperti menjaga pola makan sehat, memantau berat badan dan gula darah, serta rutin berolahraga.
Selain itu, banyak orang kesulitan memahami informasi gizi, di mana sebanyak 31 persen kesulitan mengidentifikasi gula da nlemak tersembunyi dalam pola makan mereka, sementara 23% kesulitan memahami dampak makanan tertentu pada kadar gula darah mereka.
Olahraga teratur, pola makan sehat, dan skrining dini memiliki kekuatan untuk mengurangi risiko Diabetes. Sejak 2012, Sun Life telah mengalokasikan lebih dari US$53 juta ataus ekitar Rp844 miliar untuk memerangi diabetes global melalui kemitraan strategis yang mendukung komunitas yang paling rentan.
Penurunan aktivitas fisik, diperparah dengan kurangnya ruang olahraga yang aman, meningkatkan risiko diabetes di seluruh Asia. Sebanyak 35 persen responden di Indonesia melaporkan penurunan aktivitas fisik dalam lima tahun terakhir, dengan orang-orang muda lebih mungkin melaporkan penurunan ini.
Di antara mereka yang melaporkan kurangnya olahraga, 60 persen menyebutkan kurangnya akses ke ruang olahraga yang aman dan berkualitas di daerah mereka.
Mitos Umum
Diabetes adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius yang dihadapi Asia, Namun mitos umum tentang kondisi ini masih banyak beredar, terutama terkait faktor risiko.
Hampir satu dari tiga orang (46 persen) percaya bahwa diabetes tipe 2 hanya memengaruhi individu dengan kelebihan berat badan, 68 persen percaya bahwa diabetes hanya disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan, dan 47 persen berpikir bahwa pengobatan diabetes selalu memerlukan suntikan insulin.
Survei ini juga menemukan bahwa para diabetesi memiliki kesadaran risiko yang rendah sebelum diagnosis mereka. Sebanyak 35 persen melaporkan mereka memiliki pemahaman yang buruk atau sangat buruk tentang kondisi tersebut sebelum diagnosis.
Lebih dari sepertiga diabetesi (28 persen) percaya mereka berisiko rendah atau tidak mempertimbangkan risiko mereka sama sekali sebelum diagnosis, sementara hanya 13 persen diabetesi yang percaya bahwa mereka berisiko tinggi.
Temuan ini menunjukkan bahwa kesalahpahaman tentang risiko dan penyebab diabetes dapat menghambat pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan, sehingga edukasi tentang topik ini menjadi sangat penting.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa sangat penting untuk menangani kesenjangan pengetahuan yang signifikan tentang diabetes – faktor risikonya, serta pentingnya diagnosis dini dan pencegahan,” kata AVP Direktur Medis Sun Life, Steven Ho.
Dengan meningkatkan kesadaran dan membongkar mitos umum, masyarakat dapat memberdayakan individu untuk membuat pilihan kesehatan yang lebih baik serta mengadopsi langkah pencegahan seperti menjalani pola makan yang lebih sehat, berolahraga secara teratur.