BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan pada Level 6,25 Persen Juni Ini
BI diprediksi pertahankan BI-Rate di 6,25% pada RDG hari ini
Fortune Recap
- BI diprediksi pertahankan BI-Rate 6,25 persen pada RDG hari ini
- Inflasi turun menjadi 2,84 persen secara tahunan pada April 2024
- Rupiah melemah 2,79 persen secara bulanan, tapi cadangan devisa naik US$2,8 miliar
Jakarta, FORTUNE – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan BI-Rate atau Suku Bunga Acuannya pada level 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Kamis (20/6).
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengatakan setelah perayaan Idulfitri, inflasi umum di Indonesia turun menjadi 2,84 persen secara tahunan pada April 2024, atau masih di bawah target BI 3 persen.
Menurutnya, penurunan inflasi umum terjadi karena berkurangnya permintaan konsumen usai Idulfitri dan stabilnya harga bahan pangan akibat musim panen.
Sementara itu, pelemahan rupiah sebesar 2,79 persen secara bulanan antara pertengahan Mei dan pertengahan Juni, turun dari Rp15.950 per dolar AS pada 17 Mei menjadi Rp16.395 per dolar AS pada 14 Juni.
Dalam hemat Riefky, via keterangan yang dikutip Kamis (20/6), pelemahan rupiah terhadap dolar AS telah mencapai level terendah sejak April 2020. Meskipun demikian, peningkatan cadangan devisa pada Mei 2024 menjadi penyangga terhadap tekanan nilai tukar.
Secara tahun berjalan, rupiah telah terdepresiasi sebesar 7,07 persen, dan dia mengatakan ini menunjukkan kinerja moderat dibandingkan dengan mata uang lainnya.
Terlepas dari tantangan tersebut, cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan sebesar US$2,8 miliar, naik dari US$136,2 miliar pada April 2024 menjadi US$138,97 miliar pada Mei 2024.
Fed juga pertahankan suku bunga acuannya
Pada pertemuan Juni, Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 5,25–5,75 persen. Itu artinya tidak terjadi perubahan untuk ketujuh kalinya secara berturut-turut.
Riefky mengatakan bahwa sikap Fed bergeser ke arah pandangan yang lebih konservatif terhadap penurunan suku bunga, dengan ekspektasi menjadi hanya satu kali penurunan sebelum Desember 2024.
Penyesuaian ini mencerminkan pendekatan hati-hati Fed mengingat angka inflasi yang terus-menerus melebihi target 2 persen.
Meskipun terdapat tren penurunan, kata Riefky, inflasi masih berada di atas target Fed. Sementara itu, pasar tenaga kerja menunjukkan ketahanan, dibuktikan dengan peningkatan 272.000 pekerjaan pada sektor nonpertanian. Ini menandai akselerasi yang signifikan dari kenaikan 165.000 pada April.
Namun, tingkat pengangguran pada Mei 2024 mengalami sedikit peningkatan menjadi 4 persen, naik dari 2,9 persen pada April 2024. Penyebabnya adalah adanya individu yang memasuki kembali angkatan kerja tanpa langsung mendapatkan pekerjaan.
Terlepas dari momentum positif dalam penciptaan lapangan kerja dan moderasi inflasi baru-baru ini, Fed tetap waspada di tengah lanskap ekonomi yang tidak menentu, terutama terkait potensi risiko inflasi.
“Perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat saat ini masih terkendali sementara strategi tiga intervensi Bank Indonesia semakin mendukung stabilitas mata uang. Oleh karena itu, Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga acuan pada level 6,25 persen pada pertemuan Dewan Gubernur mendatang,” ujarnya.