HSBC Indonesia Beri Kredit Keberlanjutan ke Rantai Pasok Saint-Gobain
Pertama kali baginya di Asia Selatan dan Tenggara.
Fortune Recap
- Program ini dirancang untuk membantu mengurangi emisi karbon dan mendukung kebijakan responsible purchasing dari Saint-Gobain.
- SSCF memberikan akses pendanaan kompetitif bagi pemasok yang memenuhi standar keberlanjutan, sejalan dengan ambisi HSBC untuk mendukung penurunan emisi nasional.
Jakarta, FORTUNE - HSBC Indonesia menandatangani kerja sama penyaluran pembiayaan rantai pasokan berkelanjutan, atau sustainability supply chain finance (SSCF), kepada PT Cipta Mortar Utama, anak usaha Saint-Gobain Group yang dikenal sebagai salah satu produsen mortar premix di Indonesia. Langkah ini menjadi tonggak penting karena merupakan kali pertama HSBC menyalurkan pembiayaan SSCF di kawasan Asia Selatan dan Tenggara.
Managing Director Wholesale Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk membantu PT Cipta Mortar Utama serta para pemasoknya mengurangi emisi karbon, mendukung kebijakan responsible purchasing dari Saint-Gobain yang bertujuan mencapai emisi karbon nol bersih pada 2050.
"Mekanisme pembiayaan inovatif ini memberi insentif kepada pemasok untuk beralih ke praktik berkelanjutan," kata Riko dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa, (12/11).
Menurut Riko, program SSCF ini memberikan akses pendanaan yang lebih kompetitif bagi para pemasok yang memenuhi standar keberlanjutan yang telah ditentukan.
"Hal ini sejalan dengan ambisi kami untuk mendukung klien mengurangi emisi, tidak hanya dalam lingkup 1 tetapi juga 2 dan 3, serta berkontribusi pada target nasional Indonesia untuk mengurangi emisi," ujarnya.
Walaupun tidak memerinci besaran atau jangka waktu pembiayaan, Riko menyebut bahwa kerja sama ini merupakan langkah awal dari proses panjang.
"Ini merupakan umbrella facility bagi Saint-Gobain. Detail strukturnya akan disesuaikan dengan kebutuhan saat transaksi berlangsung," kata Riko.
Sektor industri Indonesia saat ini berkontribusi hampir 75 persen dari total emisi gas rumah kaca (GRK) negara, terutama dari industri emisi berat seperti baja, semen, hingga manufaktur makanan dan tekstil. Pengurangan emisi dari sektor ini, termasuk dari para pemasok dalam rantai pasokan mereka, menjadi prioritas untuk mendukung penurunan emisi nasional.
"Dengan menyediakan pembiayaan yang kompetitif, kami membantu pemasok memiliki fleksibilitas finansial untuk mematuhi standar keberlanjutan internasional,” katanya.
Para pemasok Saint-Gobain harus melakukan penilaian keberlanjutan
Sementara itu, CEO Saint-Gobain Indonesia, Ivana Ijaya, menjelaskan bahwa kebijakan responsible purchasing di Saint-Gobain mewajibkan pemasok dengan nilai pembelian tertentu untuk menjalani penilaian keberlanjutan oleh EcoVadis.
“Dengan SSCF, kami menjawab tantangan modal kerja saat ini dan juga sebagai komitmen keberlanjutan dari kami,” ujarnya.
Dengan perubahan fokus ini, Ivana menyoroti bahwa transformasi keberlanjutan tidak lagi sekadar hal mulia untuk dilakukan, melainkan telah menjadi kebutuhan bisnis yang kritis.
"Pemasok yang tidak memiliki kerangka menuju net zero bisa kehilangan kesempatan sebagai supplier bagi perusahaan multinasional seperti Saint-Gobain. Namun, bagi yang siap, ada peluang besar untuk meraih pangsa pasar lebih luas," kata Ivana.
Melalui langkah ini, HSBC dan Saint-Gobain berharap dapat menciptakan rantai pasokan yang berkelanjutan di Indonesia, membuka peluang bagi pemasok lokal untuk beradaptasi dan berkembang dalam era bisnis yang semakin menuntut keberlanjutan.