Inflasi Amerika Serikat Tembus 9,1 Persen, Tertinggi Sejak 1981
Inflasi Amerika Serikat melesat jauh di atas ekspektasi.
Jakarta, FORTUNE - Inflasi Amerika Serikat melesat jauh di atas ekspektasi pada Juni 2022, sekaligus menjadi lonjakan terbesar sejak 1981. Hal ini membuat Federal Reserve semakin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan pada akhir bulan ini.
Dilansir Reuters pada Rabu (13/7), Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (CPI) AS naik 9,1 persen pada Juni 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dibandingkan bulan sebelumnya, CPI AS naik 1,3 persen, terbesar sejak 2005. Adapun CPI inti, yang menghilangkan komponen makanan dan energi yang lebih mudah berubah, naik 0,7 persen secara bulanan dan 5,9 persen secara tahunan.
"Terlepas dari niat terbaik Fed, ekonomi tampaknya bergerak ke rezim inflasi yang lebih tinggi," kata Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS, New York. "Fed bahkan lebih jauh di belakang kurva setelah laporan diumumkan hari ini."
Perang telah memperburuk situasi
Harga konsumen melonjak didorong oleh rantai pasokan global yang kacau dan stimulus fiskal besar-besaran dari pemerintah di awal pandemi Covid-19. Perang Ukraina yang telah menyebabkan lonjakan harga pangan dan bahan bakar global telah memperburuk situasi.
Harga bensin AS mencapai rekor tertinggi pada Juni 2022. Data kelompok advokasi pengendara AAA menyebut, rata-rata harga bensin di atas US$5 per galon. Harga rata-rata bensin mulai turun ke US$4,63 per galon pada hari ini.
Data inflasi mengikuti pertumbuhan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan pada Juni. Perekonomian AS menciptakan 372.000 pekerjaan bulan lalu dengan tingkat pengangguran jatuh ke rekor terendah.
Pasar keuangan sangat mengharapkan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar tiga perempat poin persentase (75 bps) lagi pada pertemuan 26-27 Juli. The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 150 basis poin sejak Maret.
Ada harapan bahwa pergeseran pengeluaran dari barang ke jasa akan membantu mendinginkan inflasi. Tetapi pasar tenaga kerja yang sangat ketat meningkatkan upah, berkontribusi pada harga layanan yang lebih tinggi.
Penguatan dolar AS
Setelah kenaikan inflasi diumumkan, dolar AS pun menguat. Pada Rabu (13/7), Euro jatuh ke level 0,99 per dolar AS. Hal ini merupakan pertama kalinya sejak Desember 2022. Lalu, indeks dolar AS mencapai 108,59 atau tertinggi sejak Oktober 2022, dari sekitar 107,9 (sebelum data inflasi dirilis).
Pelemahan Euro yang mencapai level terendahnya dalam dua dekade terakhir sebetulnya sudah terjadi sejak awal Juli 2022. Awalnya, pada 5 Juli 2022, dilaporkan Euro terpantau merosot lebih dari 1 persen, hingga mencapai 1,02 per dolar AS.
Secara fundamental, pelemahan tersebut pun lantaran kekhawatiran resesi di zona eropa meningkat, karena harga gas melonjak dan perang Rusia-Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Inflasi zona Eropa mencapai rekor 8,6 persen pada Juni 2022. Tingginya inflasi itu akhirnya mendorong bank sentral Eropa berniat untuk menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 11 tahun pada pertemuan Juli.