Jakarta, FORTUNE – PT Bank Central Asia Tbk mencetak kinerja positif pada kuartal pertama tahun ini dengan meraih laba Rp11,5 triliun, atau meningkat 43,0 persen ketimbang periode sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba ini bersandar pada sejumlah faktor seperti ekspansi volume kredit, perbaikan kualitas pinjaman, serta kenaikan pendapatan komisi dan fee beriring kenaikan transaksi.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, BCA membukukan kenaikan total kredit 12,0 persen secara tahunan. Alhasil, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) perseroan naik 28,0 persen menjadi Rp18,5 triliun. Sementara, pendapatan selain bunga tumbuh 5,6 persen dalam setahun menjadi Rp6,3 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi 6,9 persen.
“Secara umum, kami belum menaikkan suku bunga kredit untuk senantiasa menyediakan suku bunga yang kompetitif di pasar serta mendorong pemulihan perekonomian,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja, dalam rilis pers yang dikutip Jumat (28/4).
Pada aspek pendanaan, dana murah (current account saving account/CASA) BCA naik 5,7 persen menjadi Rp843,3 triliun per Maret. Sedangkan, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 4,1 persen menjadi Rp1.039 triliun. Dengan begitu, total aset BCA naik 4,9 persen YoY menjadi Rp1.322 triliun.
Dari sisi transaksi, volumenya tumbuh 27,3 persen mencapai 6,9 miliar transaksi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh perluasan kanal online dan offline serta pertumbuhan basis nasabah.
Kualitas kredit
Jika ditilik berdasarkan segmennya, kredit korporasi BCA naik 11,7 persen menjadi Rp320,5 triliun pada kuartal pertama tahun ini, serta masih menjadi kontributor utama bagi total kredit perusahaan.
Seiring dengan peningkatan aktivitas bisnis, kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) meningkat 11 persen menjadi Rp211,1 triliun. Sementara itu, KPR dan KKB masing-masing tumbuh 11,6 persen dan 15,2 persen. Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 16,2 persen, sehingga total portofolio kredit konsumen naik 12,7 persen menjadi Rp174,5 triliun.
Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Buktinya, rasio loan at risk (LAR) turun ke 9,5 persen pada kuartal I-2023 dibandingkan 13,8 persen pada tahun sebelumnya. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) mencapai 1,8 persen pada kuartal I-2023, turun dari 2,3 persen pada tahun sebelumnya.
“Ditopang oleh likuiditas yang memadai, kami optimistis dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan. BCA senantiasa mengelola risiko likuiditas dan risiko pasar secara prudent, untuk memastikan terhindar dari dampak dinamika yang tengah terjadi di pasar global,” kata Jahja.
Jahja juga mengatakan BCA menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan dengan pertumbuhan 11,9 persen menjadi Rp180,8 triliun. Angka tersebut menyumbang hingga 25,0 persen terhadap total portofolio pembiayaannya.