FINANCE

Survei: Ekonomi Tak Menentu, Konsumen Mulai Hati-Hati dalam Berbelanja

Konsumen memilih untuk menyimpan penghasilannya.

Survei: Ekonomi Tak Menentu, Konsumen Mulai Hati-Hati dalam BerbelanjaPengunjung melihat produk kreatif saat acara Sekati Ing Mall 2021 di Mal Malioboro, Jumat (15/10/2021). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.
02 September 2022

Jakarta, FORTUNE – Masyarakat mulai menyesuaikan tingkat konsumsi di tengah kondisi perekonomian yang masih belum menentu seperti inflasi dan krisis akibat pandemi. Namun, konsumen pun mulai memperhatikan soal keberlanjutan dan pengalaman belanja.

Berdasarkan survei global bertajuk EY Future Customer Index, kenaikan biaya barang dan jasa berdampak terhadap 52 persen kemampuan masyarakat dalam membeli barang, serta keputusan pembelian. Sebagian besar penurunan motivasi ini dianggap akibat dari inflasi serta varian baru COVID-19.

Survei menunjukkan konsumen bakal mengendalikan konsumsi dengan beralih ke alternatif barang yang lebih terjangkau, serta membeli lebih sedikit barang yang dinilai tidak penting.

“Dengan daya beli yang menurun dan ketidakpastian yang membayangi, konsumen dipaksa untuk memikirkan kembali kebiasaan belanja mereka untuk bukan hanya barang, tetapi juga kebutuhan sehari-hari,” kata Iwan Margono, EY Asia-Pacific Buy and Integrate Leader; EY-Parthenon Indonesia Leader and Partner, PT Ernst & Young Indonesia, dalam keterangan kepada media, Jumat (2/9).

Situasi tersebuut berdampak paling besar terhadap konsumen berpenghasilan rendah (61 persen), konsumen berpendapatan menengah (48 persen), dan berpenghasilan tinggi (42 persen).

Di sejumlah negara Asia seperti Indonesia, India, dan Thailand, 50 persen responden survei bepenghasilan menengah dan 60 persen berpendapatan tinggi ikut terdampak kenaikan harga.

Laporan itu juga menunjukkan konsumen di Asia—yang mayoritas penduduknya berpenghasilan harian atau mingguan—menjadi lebih berhati-hati dalam berbelanja serta memilih untuk menabung. Itu terjadi di Indonesia (84 persen), India (81 persen), Thailand (75 persen), dan Cina 68 persen.

Keberlanjutan dan pengalaman

Ilustrasi belanja online. Shutterstock/Odua Images

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.