Jakarta, FORTUNE - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN) mampu menekan rasio Non Performing Loan (NPL) net miliknya menjadi 1,38 persen di kuartal I-2024. Rasio kredit macet miliknya itu turun bila dibandingkan dengan posisi 1,46 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Direktur IT BTN Andi Nirwoto menyampaikan, turunnya NPL itu berkat Digitalisasi melalui implementasi Artificial Intelligence (AI) dengan memberdayakan teknologi Big Data dan Machine Learning secara komprehensif. Ia menyebut, teknologi berbasis AI mendorong bisnis dengan memperkuat manajemen risiko, seperti menjaga agar kolektibilitas nasabah tetap lancar bertransaksi di BTN.
“Lebih jauh lagi, penerapan AI yang sudah kami lakukan juga mampu meningkatkan loyalitas dan engagement dengan nasabah. Semua itu sejalan dengan komitmen BTN untuk senatiasa menjadi One Stop Mortgage Solution bagi nasabahnya,” ujar Andi melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (22/5).
BTN menggunakan AI untuk manajemen risiko perbankan seperti credit scoring, early warning system, dan yang terbaru adalah probability of default yang berfungsi untuk menjaga kolektibilitas nasabah tetap lancar selama menjadi kreditur di BTN.
BTN lakukan segmentasi nasabah
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan perseroan juga mengembangkan segmentasi pelanggannya untuk menjangkau potensi pasar yang lebih luas. Adapun, penerapan AI ini menjadi salah satu perjalanan transformasi IT, khususnya big data, yang merupakan rangkaian strategi BTN.
Beberapa pembaharuan dan implementasi teknologi terkini tersebut seperti, membangun data warehouse, data lake, master data management, penggunaan ccloud, dan lain sebagainya.
"Dengan transformasi digital yang dilakukan, BTN berharap untuk menjadi lebih terhubung dengan pelanggan, menghadirkan layanan yang lebih personal, dan merangkul perubahan menuju dunia digital," ujar Nixon.
Ia juga melihat, penerapan AI tersebut telah memberikan dampak yang cukup signifikan untuk pertumbuhan bisnis BTN. Hal itu terefleksi dari pertumbuhan kredit di kuartal I-2024 yang tumbuh 14,8 persen menjadi Rp344,24 triliun.