Ini Pertimbangan BNC Tunda Rights Issue jadi Oktober 2022
BNC waspadai gejolak geopolitik hingga The Fed.
Jakarta,FORTUNE – Bank Neo Commerce (BNC) mengumumkan penundaan jadwal rights issue menjadi Oktober 2022 atau di kuartal empat setelah sebelumnya direncanakan pada akhir kuartal II-2022.
Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan menjelaskan, salah satu pertimbangan penundaan tersebut ialah kondisi perekonomian global yang dikhawatirkan imbasannya ke kondisi pasar saham di dalam negeri.
"Kami yakin rights issue yang akan dijalankan di kuartal empat nanti akan terserap pasar dengan baik, dan membuat kami memiliki skala ekspansi usaha yang semakin bertumbuh dan semakin besar lagi,” jelas Tjandra melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (25/5).
Meski demikian, lanjut Tjandra, komitmen BNC akan penambahan modal inti di tahun 2022 masih sesuai rencana. Hal ini dilakukan untuk memperkuat jangkauan bisnis dan memenuhi ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) POJK No.12/2020. Dalam aturan tersebut diatur modal inti minimum bank umum senilai Rp3 triliun dengan batas tenggat waktu, yakni Rp1 triliun pada 2020, Rp2 triliun pada 2021, serta Rp3 triliun pada 2022.
BNC waspadai gejolak geopolitik hingga The Fed
Pertimbangan BNC memundurkan rencana rights issue tersebut bukanlah tanpa alasan. Seperti diketahui banyak pihak, kondisi perekonomian global masih memiliki volatilitas dan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia.
Menurut Tjandra, beberapa risiko perekonomian menjadi perhitungan pelaku bisnis di Indonesia. Pertama ialah gejolak geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan.
Selain itu, kebijakan Fed yang lebih hawkish di suku bunga juga perlu diwaspadai. Kenaikan suku bunga ini juga dapat memicu kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan bayang-bayang inflasi di Amerika dan dunia ikut mempengaruhi kenaikan inflasi di Indonesia.
Salah satu indikator masih belum stabilnya keadaan ekonomi di Indonesia, terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam satu bulan terakhir sebesar 5,33 persen.
BNC lakukan antisipasi strategi terukur
Meski demikian, Tjandra tetap optimis keadaan perekonomian akan semakin membaik di semester dua tahun ini seiring dengan semakin terbukanya akses dan mobilitas masyarakat pasca pandemi.
Selain itu, BNC juga telah mengantisipasi dengan menerapkan antisipasi strategi bisnis yang terukur untuk tetap stabil di industri bank digital.
"Sustainable bisnis serta kekuatan inovasi dan kreativitas dalam menjawab kebutuhan pasar akan menjadi strategi kami dalam memanfaatkan momentum pertumbuhan positif yang kami miliki saat ini," kata Tjandra.
Lebih lanjut Tjandra menjelaskan bahwa fokus BNC di tahun ini masih tetap untuk mengeksekusi agenda kerja dengan terus mengembangkan dan melengkapi fitur dan layanan BNC ke nasabah.
BNC siap terapkan QRIS
Dalam waktu dekat, fitur dan layanan perbankan BNC akan semakin lengkap dengan adanya QRIS dan Corporate Internet Banking yang telah mendapatkan persetujuan OJK.
“Khusus untuk QRIS, fitur ini akan sepenuhnya siap diimplementasikan pada Juli yang akan datang,” jelas Tjandra.
Kinerja BNC semakin membaik sejalan strategi bisnis yang dilakukan perseroan dengan peningkatan jumlah nasabah, dengan 17 juta pengguna teregistrasi dalam satu tahun beroperasi. Hal ini sejalan dengan peningkatan volume transaksi yang signifikan sebesar 88 persen menjadi 76 juta transaksi dibandingkan kuartal sebelumnya.
Dalam laporan keuangan kuartal I 2022, kinerja positif dicatatkan perseroan dengan kenaikan Net Interest Income (NII) yang signifikan mencapai 214,3 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2021. NII BNC naik dari Rp63 miliar menjadi Rp198 miliar di kuartal I-2022.