Melonjak 170%, Laba PermataBank Capai Rp2,2 triliun
Geser strategi, simpanan nasabah turun tipis 1,2%.
Jakarta, FORTUNE - PT Bank Permata Tbk (PermataBank) pada kuartal III-2022 berhasil mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp2,2 triliun atau tumbuh sebesar 170 persen year-on-year (yoy).
Pertumbuhan laba bersih ini dikontribusikan oleh pendapatan operasional sebesar Rp8,5 triliun atau tumbuh sebesar 14,4 persen (yoy). Tak hanya itu, laba juga didukung pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 12,1 persen (yoy).
"Hal ini tidak lepas dari kontribusi bersama dalam menerapkan strategi perusahaan, menjaga pertumbuhan dan profitabilitas berkelanjutan melalui pertumbuhan kredit sehat serta manajemen risiko, dan prinsip kehati-hatian serta governance yang baik," kata Meliza M. Rusli selaku Direktur Utama PermataBank melalui keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (1/11).
PermataBank tetap menerapkan manajemen biaya operasional secara optimal dan melanjutkan perbaikan kualitas aset tercermin dalam perbaikan rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) di Kuartal III tahun 2022 ini menjadi sebesar 73,4 persen dibandingkan rasio BOPO di periode yang sama tahun lalu sebesar 88,3 persen.
Ditopang KPR, kredit PermataBank tumbuh 9,2%
PermataBank juga berkomitmen dalam penyaluran kredit kepada masyarakat dengan tumbuh 9,2 persen (yoy) menjadi sebesar Rp135,7 triliun di kuartal III-2022. Meliza menyampaikan, kredit terutama didorong oleh pertumbuhan kredit Korporasi dan KPR masing-masing sebesar 9,2 persen dan 19,1 persen
Sejalan dengan hal ini, rasio RIM Bank juga mengalami perbaikan menjadi 83 persen dari sebelumnya 69 persen di akhir tahun 2021. Menurutnya, PermataBank tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan mengingat ketidakpastian kondisi ekonomi global yang dapat berpengaruh terhadap risiko kredit inheren.
Rasio NPL gross di akhir bulan September 2022 terjaga pada level 3,1 persen membaik dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 sebesar 3,2 persen maupun September 2021 sebesar 3,3 persen.
Rasio NPL net juga mencerminkan prudensi dalam pembentukan cadangan kerugian kredit juga mengalami perbaikan menjadi 0,5 persen dibandingkan dengan 0,7 persen di akhir Desember 2021 lalu. Rasio NPL coverage terjaga baik di kisaran 238 persen, atau meningkat dibandingkan pada Desember 2021 di posisi 227 persen maupun September 2021 sebesar 217 persen.
"Bank juga terus mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset," katanya.
Geser strategi, simpanan nasabah turun tipis 1,2%
Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah sedikit menurun sebesar 1,2 persen yoy. Meliza menyampaikan, hal tersebut sejalan dengan strategi Bank untuk menurunkan dana mahal deposito dan terus memfokuskan pertumbuhan Giro dan Tabungan (CASA) yang merupakan sumber dana murah dan stabil.
Sampai dengan Kuartal III 2022 CASA tumbuh 10,6 persen yoy menjadi Rp95,8 triliun yang dikontribusikan oleh pertumbuhan Giro sebesar 10,2 persen dan pertumbuhan Tabungan sebesar 11,1 persen.
Sejalan dengan hal ini, rasio CASA Bank meningkat menjadi 59,3 persen, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar 54 persen. Hal ini menurut Meliza, bank memastikan posisi likuiditas terjaga dengan baik untuk mendukung pernyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih kompetitif dalam jangka panjang.
Meliza menyebut, rasio permodalan Bank adalah salah satu yang terkuat di antara 10 besar Bank Komersial, dengan rasio CAR dan CET-1 masing-masing sebesar 33,2 persen dan 25,1 persen. Hal ini menjadi key enabler bagi Bank untuk mempercepat pertumbuhan bisnis baik secara organik maupun anorganik.