Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio Kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) gross Perbankan pada April 2024 naik menjadi 2,33 persen dari posisi Maret 2024 sebesar 2,25 persen.
Demikian juga dengan NPL net yang berada di level 0,81 persen atau membengkak dibandingkan dengan posisi Maret 2024 sebesar 0,77 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menjelaskan, salah satu penyebab naiknya NPL ialah segmen usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Adapun NPL gross UMKM di April 2024 tercatat 4,26 persen naik dibandingkan posisi Maret 2024 sebesar 3,98 persen. Sedangkan untuk NPL net UMKM mencapai 1,54 persen naik dibandingkan posisi Maret 2024 sebesar 1,45 persen.
"Peningkatan NPL gross UMKM utamanya pada segmen kredit kecil dan mikro yang naik menjadi 3,89 persen di April 2024," kata Dian saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner OJK di Jakarta, Senin sore (10/6).
Pencadangan Rp85,5 triliun antisipasi kredit UMKM macet
Walaupun demikian, lanjut Dian, perbankan telah mengantisipasi kenaikan NPL UMKM tersebut dengan membentuk pencadangan atau CKPN kredit UMKM sebesar Rp85,5 triliun. Bahkan, perbandingan antara total CKPN UMKM terhadap total NPL UMKM mencapai sebesar 137,37 persen.
Sementara itu, untuk posisi likuiditas industri perbankan pada April 2024 dinilai masih cukup memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 113,9 persen dan 25,6 persen. Posisi itu jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
"Kondisi tersebut searah dengan likuiditas global yang cukup ketat di tengah kebijakan bank sentral AS yang mempertahankan suku bunga tinggi," kata Dian.
NIM bank dalam tren turun menjadi 4,56%
Sedangkan untuk posisi Net Interest Margin (NIM) perbankan mencapai sebesar 4,56 persen atau menurun dibandingkan dengan posisi Maret 2024 sebesar 4,59 persen. Kondisi itu juga diperkuat dengn permodalan (CAR) perbankan masih di level yang relatif tinggi yaitu sebesar 25,99 persen.
"Ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global," kata Dian.
Dari sisi kinerja intermediasi, pada April 2024, kredit melanjutkan catatan double digit growth sebesar 13,09 persen (yoy) menjadi Rp7.310,7 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,69 persen yoy. Sementara itu, secara nominal yang terbesar adalah Kredit Modal Kerja yang mencapai sebesar Rp3.319,15 triliun.