FINANCE

Otomotif Lesu, Adira Finance Pacu Pembiayaan Multiguna

Pembiayaan baru Adira Finance terkontraksi tipis 2%

Otomotif Lesu, Adira Finance Pacu Pembiayaan MultigunaAdira Finance dan Home Credit dukung DXPO 2024
02 August 2024

Jakarta,FORTUNE- PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) terus memacu pembiayaan non-Otomotif seiring lesunya sektor otomotif nasional.  

Hal itu disampaikan Presiden Direktur Adira Finance, Dewa Made Susila, di hadapan wartawan di Jakarta, Kamis (1/8).

Dia menyatakan industri otomotif dihadapkan dengan penurunan penjualan ritel mobil baru hingga 15 persen secara tahunan year-on-year (yoy) menjadi 432.000 unit selama semester pertama 2024.

Sementara itu, angka penjualan sepeda motor baru relatif stabil dengan 3 juta unit. 

"Hal tersebut dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang relatif menurun, suku bunga yang masih tinggi, serta depresiasi nilai tukar rupiah," kata Made. 

Untuk itu, Adira Finance terus menerapkan berbagai inisiatif strategi untuk mendorong kinerja bisnis di tengah tantangan yang terjadi saat ini. Salah satunya adalah terus mengembangkan bisnis non-otomotif seperti pinjaman Multiguna

Sepanjang semester pertama 2024, perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan dalam pembiayaan baru pada segmen non-otomotif sebesar 21 persen (yoy) mencapai Rp4,6 triliun.

Menurut Made, pembiayaan multiguna mencatatkan kontribusi terbesar dalam pembiayaan non-otomotif perusahaannya. 

Selain itu, perusahaan ini membukukan pembiayaan baru pada segmen syariah sebesar Rp4,3 triliun atau mewakili 22 persen dari total pembiayaan baru. 

Pembiayaan baru Adira Finance terkontraksi tipis 2%

Direksi Adira Finance Saat Paparan Kinerja Kuartal-III 2023/FortuneIDN Suheriadi

Dengan kondisi tersebut, Adira Finance menyatakan pembiayaan baru turun tipis sebesar 2 persen menjadi Rp20 triliun jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. 

Sementara itu, Direktur Keuangan Adira Finance, Sylvanus Gani Kukuh Mendrofa, mengatakan perekonomian global ke depannya dihadapkan pada sejumlah tantangan, seperti ekspektasi suku bunga Fed yang tidak kunjung turun, tekanan inflasi, volatilitas harga komoditas, dan risiko geopolitik.

Kondisi ini cukup meningkatkan total beban perusahaan, yang pada semester I-2024 mencapai Rp4 triliun atau naik 16 persen. 

"Peningkatan pada beban disebabkan naiknya biaya pendanaan perusahaan seiring dengan peningkatan suku bunga," katanya. 

Dengan demikian, laba bersih perusahaan setelah pajak dibukukan mencapai Rp765 miliar atau turun 7 persen (yoy).

Meski demikian, perusahaan masih membukukan total pendapatan mencapai Rp5,0 triliun alias naik 11 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Pembiayaan kendaraan listrik capai Rp178 miliar

Ilustrasi mobil listrik (Unsplash/@michaelfousert)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.