Perbankan RI Kuat Hadapi Gejolak Geopolitik Global? Ini Analisa BI
NPL perbankan masih terjaga di 2,35%.
Jakarta, FORTUNE - Perekonomian Indonesia masih dibayangi oleh risiko Geopolitik konflik wilayah Timur Tengah hingga pelemahan nilai tukar rupiah hingga berada di level Rp16.200/US$. Lantas, apakah Perbankan dalam negeri masih kuat menghadapi setiap tantangan tersebut?
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan, berdasarkan hasil stress-test bank sentral, menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat dalam menghadapi berbagai tekanan. BI menilai perbankan dapat memitigasi dampak ketidakpastian pasar keuangan global terhadap stabilitas sistem keuangan.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko tersebut yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan,” kata Perry saat konferensi pers terkait Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Rabu (24/4).
NPL perbankan masih terjaga di 2,35%
Ketahanan perbankan tercermin dari likuiditas yang memadai, risiko kredit yang menurun, dan permodalan yang kuat. Likuiditas perbankan memadai, tecermin dari rasio AL/DPK pada Maret 2024 yang terjaga tinggi. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat pada level yang tinggi sebesar 27,73 persen pada Februari 2024.
Ketahanan sistem keuangan juga tetap terjaga untuk mendukung pertumbuhan kredit 2024. Pada kuartal I-2024, kredit perbankan juga masih tumbuh tinggi sebesar 12,40 persen (yoy). Penyaluran kredit itu didorong oleh pertumbuhan pada hampir seluruh sektor ekonomi.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah perbankan atau Non-Performing Loan (NPL) tercatat rendah sebesar 2,35 persen (bruto) dan 0,82 persen (neto). Ketahanan perbankan yang kuat juga didukung oleh kemampuan membayar korporasi yang terjaga.