Jakarta, FORTUNE - PT Bank Permata Tbk (Permatabank) membukukan Laba bersih senilai Rp2,6 triliun sepanjang 2023. Capaian itu tumbuh 28,4 persen secara year on year (YoY).
Direktur Utama PermataBank, Meliza M. Rusli mengatakan, capaian itu didorong oleh pendapatan usaha bank yang tumbuh sebesar 9,3 persen (yoy) menjadi Rp12,1 triliun.
"Hal ini juga tidak lepas dari dukungan stakeholders kepada PermataBank dalam menjalankan rangka strategi bisnis untuk menjadi ‘Bank of Choice’ dengan mengutamakan customer-centricity guna meningkatkan layanan kepada nasabah dan masyarakat," kata Meliza melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Jumat (16/2).
Ditopang korporasi, kredit tumbuh 4,3%
Kondisi itu juga dikontribusi oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9,6 persen sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit di tahun 2023. Ia menambahkan, penyaluran kredit PermataBank tumbuh 4,3 persen (yoy) menjadi Rp142,2 triliun, didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit kepada Korporasi sebesar 6,1 persen (yoy).
Sementara itu, Pendapatan Operasional sebelum Provisi (PPOP) juga meningkat menjadi Rp5,9 trilliun atau tumbuh sebesar 18,6 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pengelolaan kualitas aset dan portfolio kredit juga diklaim tetap terjaga dan tercermin dalam rasio Gross NPL dan Loan at Risk (LAR) PermataBank di Desember 2023 pada level masing-masing 2,9 persen dan 8,7 persen.
Meliza menyebut, hal ini mencerminkan penerapan prinsip perbankan yang prudent dengan menyelaraskan antara risk appetite dan risk-based-pricing dalam memberikan pelayanan yang optimal bagi nasabah Bank.
DPK PermataBank turun 3,59%
Dari sisi pendanaan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp188,3 triliun di akhir 2023. Posisi itu turun 3,59 persen bila dibandingkan dengan pencapaian akhir 2022 yang mencapai Rp 195,6 triliun
Meski demikian, bank ini tetap fokus untuk meningkatkan dana murah CASA, dimana rasio CASA terjaga di level 55 persen. Rasio permodalan Bank adalah salah satu yang terkuat di antara bank komersial terbesar di Indonesia, dengan rasio CAR dan CET-1 masing-masing sebesar 38,7 persen dan 29,5 persen.
Melalui penerapan manajemen biaya yang disiplin dan efisiensi operasional yang telah dilakukan secara optimal, serta adaptasi cara kerja digital yang lebih agile, Bank berhasil membukukan rasio Cost to Income (CIR) yang semakin baik menjadi 51,5 persen pada Desember 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 55,1 persen.