Usai Pemilu, BI Tahan Suku Bunga Acuan di 6%, Ini Indikatornya
Resesi Inggris dan Jepang ganggu pertumbuhan ekonomi global.
Jakarta, FORTUNE - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00 persen. Sedangkan untuk suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan mempertahankan BI-Rate tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability usai berlangsungnya Pemilu. Ia menyebut, kebijakan akan diarahkan untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive. Hal itu untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024.
“Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Perry melalui konferensi video di Jakarta, Rabu (21/2).
Resesi Inggris dan Jepang ganggu pertumbuhan ekonomi global
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih lemah serta resesinya pertumbuhan ekonomi di Inggris dan Jepang yang telah terjadi dalam dua triwulan berturut-turut menjadi perhatian BI untuk merumuskan kebijakan. Kondisi itu diperkirakan dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
“Eskalasi ketegangan geopolitik yang masih berlanjut juga dapat mengganggu rantai pasokan, meningkatkan harga komoditas pangan dan energi, serta menahan laju penurunan inflasi global,” kata Perry.
Perkembangan ini mengakibatkan ketidakpastian di pasar keuangan dunia masih tinggi. Dengan demikian, BI memperkirakan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) diprakirakan baru mulai menurun pada semester II 2024, sejalan dengan inflasi AS yang masih tinggi.
Sempat melemah, BI yakin nilai tukar rupiah menguat
Sementara itu, nilai tukar Rupiah tetap terkendali didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia. Setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen, nilai tukar Rupiah hingga 20 Februari 2024 kembali menguat 0,77 persen (ptp).
“Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik,” kata Perry.
Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah hanya sedikit melemah 1,68 persen dari level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Won Korea, Ringgit Malaysia, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 3,69 persen, 4,27 persen, dan 5,31 persen.
Ke depan, Perry menyebut, nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing, didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.
Di sisi lain, bank sentral juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.