LUXURY

Pengaruh Abadi India dan Timur Tengah pada Perhiasan Cartier

Buah plesiran Jacques Cartier pada awal abad ke-20 di Asia.

Pengaruh Abadi India dan Timur Tengah pada Perhiasan CartierA powder compact from 1929, Cartier Paris (ki), buku Jacques Cartier (ka)/Dok. Cartier
14 May 2024

Jakarta, FORTUNE - Pada awal abad ke-20, Jacques Cartier menghabiskan empat bulan melakukan perjalanan melintasi Asia—warisannya kini dituangkan dalam jejak karyanya: sebuah buku baru, Cartier: Islamic Inspiration and Modern Design, yang diterbitkan setelah pameran di Abu Dhabi, Dallas, dan Paris.

Ayahnya, Alfred, yang saat itu menjabat sebagai kepala Cartier mendorongnya bereksplorasi ke Asia. Langkahnya membawa pada kunjungan pertama ke Teluk Persia pada tahun 1911, dalam perjalanan kembali ke London dari Delhi. Runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah dan Revolusi Konstitusi Persia pada tahun 1905 telah membanjiri pusat-pusat seni Eropa dengan pengaruh-pengaruh baru, membentuk suatu estetika yang kemudian dikenal sebagai “seni Muslim”.

Karena ingin belajar lebih banyak, Jacques menghabiskan empat bulan berkeliling Asia dan Timur Tengah , menjelajahi pasar dan emporium serta bergaul dengan masyarakat kelas atas. Lebih dari satu abad kemudian, warisan tur Jacques—dan kekagumannya terhadap desain Islam dan India dalam buku tersebut. 

Merangkum Condé Nast Traveler, buku karyanya sekaligus merayakan perpaduan keahlian tradisional Prancis dan seni Islam yang rumit, yang menggambarkan hasil perjalanan melintasi India, Bahrain, Mesir, Oman, dan tempat yang kini disebut Dubai—yang secara radikal mengubah arah perhiasan Cartier.

Akar pola geometris dalam perhiasan Cartier

The Gas Pipe bracelet, 1945 (ki), Cartier's The Palm Tree necklace, 1949 (ka)/Dok. Cartier

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.