LUXURY

Far East Hospitality, Efek Taylor Swift dan Perhotelan Pascapandemi

Far East Hospitality berpusat di Singapura.

Far East Hospitality, Efek Taylor Swift dan Perhotelan PascapandemiArthur Kiong, CEO Far East Hospitality
02 July 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bisnis Perhotelan global yang mengalami pukulan telak saat pandemi Covid-19 kini perlahan bangkit. Berbagai faktor, dari inflasi, kurs mata uang, hingga konser Taylor Swift mempengaruhi pergerakan wisatawan.

Terkait dampak pandemi, mengutip Organisasi Pariwisata Dunia di bawah PBB, pemulihan di industri pariwisata saat ini sudah mencapai 88 persen. “Jika mempertimbangkan besarnya dampak pandemi, sebenarnya ini bukan angka yang buruk. Tapi, saya rasa pemulihan di negara-negara barat lebih cepat dibanding timur,” kata CEO Far East Hospitality, Arthur Kiong, beberapa waktu lalu.

Konser Taylor Swift hingga Coldplay

Taylor Swift
ilustrasi Taylor Swift (instagram.com/taylorswift)

Far East Hospitality mengoperasikan lebih dari 100 hotel dengan lebih dari 16.500 kamar di 10 negara, yakni Australia, Austria, Denmark, Jerman, Hungaria, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Swiss dan pusatnya di Singapura.

Di Singapura sendiri, Far East Hospitality mengelola 27 properti dari berbagai brand, seperti Oasia, Quincy, Rendezvous, Village, Amoy, The Barracks, The Clan, The Outpost, hingga Vibe Hotels.

Di negeri jiran pula, Far East Hospitality turut memanen wisatawan saat Coldplay dan Taylor Swift menggelar konser selama beberapa hari pada awal 2024. Bahkan, dampak kedua konser tersebut tak tak sebatas industri pariwisata dan perhotelan. “Konser Coldplay The Coldplay dan Taylor Swift mencapai kesuksesan fenomenal hingga berkontribusi terhadap 0,2 persen produk domestik bruto bulanan di Singapura,” kata Kiong.

Bagaimana dengan tingginya tarif hotel saat penyelenggaraan event besar seperti kedua konser tersebut? Ia pun mengakui ada kenaikan harga, namun itu bersifat proporsional. “Saat ada konser besar, bukan berarti harga akan naik 100 persen. Tidak seperti itu. Pergerakan harga harus tetap masuk akal untuk menarik wisatawan,” ujarnya.

Dan untuk Singapura, pasar utama pariwisatanya adalah Cina, Indonesia,  India, Malaysia, dan Australia.

Kiong pun memberikan tips untuk mendapatkan harga kamar terbaik—sebab Singapura hampir penuh dengan agenda meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). “Jika Anda memesan kamar hotel saat situasi normal, sepekan sebelum kedatangan, tidak terburu-buru, maka Anda akan mendapati bahwa harga kamar di Singapura secara umum masih sangat wajar dibandingkan dengan kota-kota besar lain di dunia.”

Investasi ke Jepang

Far East Village Asakusa, Tokyo

Related Topics