Ada Ketidakpastian Global, Investasi di Asia Tenggara Tetap Seksi
Ekonomi makro Asia Tenggara cukup tangguh di Asia-Pasifik.
Jakarta, FORTUNE – Meski ketidakpastian global mengguncang dunia juga dirasakan oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara, namun prospek investasi jangka panjang di kawasan ini dipandang cukup positif.
Laporan ‘Global Private Equity 2023’ yang dirilis oleh Lembaga Konsultan Bain & Company, menyatakan kondisi ekonomi makro di kawasan Asia Tenggara lebih tangguh dari wilayah Asia Pasifik lainnya. Hasil survei dan riset yang dilakukan menunjukkan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil di Asia Tenggara tetap kuat, ditambah indeks inflasi yang terjaga moderat.
Penasihat Senior Praktik Ekuitas Swasta Global Bain, Suvir Varma, mengatakan ada sejumlah faktor menyebabkan penguatan, seperti konflik geopolitik yang sedang memanas antara AS dan Cina. “Asia Tenggara tetap menjadi tempat menarik untuk menyebarkan modal jangka panjang. Fundamental pasar ada dan investor akan dapat menemukan peluang menarik,” ujarnya dalam keterangan yang dikutip Antaranews, Rabu (26/4).
Fokus investor beralih
Dari sisi investor, Survei Bain & Company menunjukkan terjadi peningkatan pengalihan penekanan pada penciptaan nilai menuju upaya yang berfokus pada biaya berbisnis. Adapun mencari penawaran terbaik dan upaya mendorong nilai portofolio perusahaan, tetap jadi tantangan yang dihadapi oleh para investor.
Hasil riset juga mengungkapkan bahwa persaingan akan semakin ketat untuk sejumlah aset. Ekspansi pun tak akan lagi jadi pendorong pengembalian yang berkelanjutan. “Hal itu memberi lebih banyak tekanan pada investor untuk menciptakan nilai selama periode kepemilikan mereka,” kata Suvir.
Perlambatan pasar ekuitas
Mengutip laporan Bain & Company, (26/4), pasar ekuitas swasta di Asia Tenggara sempat mengalami perlambatan pada 2022 lalu. Nilai kesepakatan turun hingga 52 persen dari 2021, dengan jumlah kesepakatan yang juga turun sampai 15 persen.
Menariknya, lebih dari 80 persen nilai dan jumlah kesepakatan di kawasan didominasi oleh Singapura dan Indonesia, yang terus menarik sebagian besar modal investasi yang tersebar di kawasan pada 2022. Bidang internet dan teknologi dilaporkan memimpin di setiap negara sebagai sektor yang meraup banyak investasi, diikuti layanan kesehatan di posisi kedua, serta sektor keuangan di posisi ketiga.