Pelaku Tunggu CPI dan FOMC, Volatilitas Pasar Kripto Berpotensi Naik
Harga BTC cenderung turun sejak 7 Juni.
Fortune Recap
- Volatilitas pasar kripto berpotensi meningkat menanti rilis data CPI AS dan hasil FOMC The Fed.
- Data ketenagakerjaan AS melampaui ekspektasi pasar, menyebabkan penurunan signifikan harga Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).
- Investor institusi dan ritel makin tertarik investasi BTC, aliran masuk dana ETF BTC mencapai US$350 juta. Regulasi yang mendukung diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pasar kripto.
Jakarta, FORTUNE – Volatilitas Pasar Kripto berpotensi meningkat seiring sikap wait and see para pelaku pasar menanti rilis data dari Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) dan hasil The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed.
“Apabila data CPI sesuai atau lebih rendah dari ekspektasi pasar, maka potensi mendorong Bitcoin (BTC) untuk kembali naik ke sekitar US$73.000. Sementara, apabila CPI lebih tinggi dari ekspektasi pasar maka berpotensi membawa BTC turun dari support US$69.000 untuk melemah ke MA-100 di sekitar US$66.750,” kata Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, dalam keterangan, seperti dikutip dari Antaranews, Selasa (11/6),
CME FedWatch Tool memperkirakan The Fed akan kembali mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25 sampai 5,50 persen pada FOMC Juni 2024, sedangkan pada FOMC September 2024 terdapat peluang 45 persen The Fed akan mulai memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,00 sampai 5,25 persen.
Nilai yang turun
Berdasarkan data Coinmarketcap, sejumlah mata uang kripto, termasuk Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan koin lainnya, mengalami penurunan signifikan sejak 7 Juni lalu, setelah data ketenagakerjaan AS melampaui ekspektasi pasar.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan data tenaga kerja nonfarm payrolls (NFP) naik 272.000 pekerjaan pada Mei 2024, atau melampaui proyeksi pasar sebesar 180.000 pekerjaan, sedangkan pendapatan rata-rata per jam naik 0,4 persen (MtM) pada April 2024 dan 4,1 persen (YoY). Meski begitu, tingkat pengangguran naik 4 persen, karena peningkatan pekerja paruh waktu. Hal ini menyebabkan ketidakpastian di pasar kripto.
Pada Selasa (11/6), BTC yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar, justru kembali melemah. BTC turun 0,13 persen dalam 24 jam, meski masih menguat 2,32 persen sepekan. Saat ini, harga BTC berada di level US$69.301 atau setara Rp 1,13 miliar (kurs Rp 16.305,49 per dolar AS).
Sementara, ETH turut melemah atau turun 0,24 persen sehari terakhir dan 3,56 persen sepekan. Posisi ini menempatkan harga ETH berada di level sekitar Rp59,83 juta per koin.
Optimisme
Sebelumnya, CEO Indodax, Oscar Darmawan, mengatakan investor institusi dan ritel makin tertarik untuk investasi BTC, seiring aliran masuk dana ETF BTC yang dicatat Blackrock mencapai US$350 juta. Dengan demikian, BTC pun dinilai makin diterima sebagai aset investasi utama.
Selain itu, Oscar juga mengatakan bahwa regulasi yang lebih jelas dan mendukung dari pemerintah dapat semakin mendorong pertumbuhan pasar kripto di seluruh dunia. "Kami berharap pemerintah terus memberikan perhatian pada perkembangan ini dan menyediakan kerangka regulasi yang mendukung,” ujarnya, Senin (10/6).
Aliran masuk ke ETF Bitcoin ini, kata Oscar, menandakan investor makin melihat BTC sebagai investasi jangka panjang. “Kami yakin bahwa Bitcoin akan terus mencatatkan pencapaian baru dan memberikan manfaat besar bagi para investornya,” ujarnya.