Phapros (PEHA) Catat Pertumbuhan Ekspor Hampir 200% di Q3/2024
Meski begitu, kinerja pendapatan dan laba masih menantang.
Fortune Recap
- PT Phapros Tbk catat pertumbuhan ekspor 193,6 persen YoY, mencapai Rp3,3 miliar ke Timor Leste, Kamboja, dan Filipina.
- Ekspansi penjualan ke pasar internasional sebagai strategi meningkatkan pendapatan di akhir tahun 2024.
- Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2024, Phapros mencatat penurunan penjualan tahunan dari Rp779,91 miliar pada 2023 menjadi Rp572,18 pada 2024.
Jakarta, FORTUNE – PT Phapros Tbk (PEHA) mencatatkan pertumbuhan ekspor 193,6 persen secara tahunan (YoY), mencapai Rp3,3 miliar ke sejumakh negara tujuan ekspor Timor Leste, Kamboja, dan Filipina.
Plt Direktur Utama Phapros, Ida Rahmi Kurniasih, mengatakan bahwa produk yang diekspor di antaranya Antimo, Noza, Livron B-Plex, dan lainnya,
“Kamboja merupakan negara pertama tujuan ekspor Phapros di tahun 2014 lalu, dan sampai saat ini mereka masih menjadi pelanggan setia produk-produk Phapros,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Jumat (1/11).
Ida mengatakan bahwa ekspansi penjualan ke pasar internasional adalah bagian dari strategi untuk meningkatkan pendapatan di akhir tahun 2024. Ia berharap dalam beberapa tahun ke depan, ekspor Phapros bisa berkontribusi lebih dari 10 persen total pendapatan perusahaan.
“Meski secara value ekspor kami belum signifikan secara kinerja konsolidasi kami, ke depannya kami optimistis nilainya akan terus bertumbuh seiring dengan adanya permintaan atau tender dari pemerintah negara-negara yang telah menjadi pelanggan tetap produk kami,” kata Ida sembari mengungkapkan bahwa produk yang diekspor ke Kamboja dan Timor Leste adalah obat antialergi, obat influenza, dan antijamur.
Saat ini Phapros memproduksi lebih dari 250 item obat, di antaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri dan salah satu produk unggulan Phapros yang menjadi pemimpin pasar di kategorinya adalah Antimo.
Kinerja laba dan pendapatan
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2024, Phapros mencatat penurunan penjualan tahunan dari Rp779,91 miliar pada 2023 menjadi Rp572,18 pada 2024. Menurut Ida, hal ini dikarenakan upaya perbaikan proses bisnis yang terus berlangsung hingga saat ini dari hulu ke hilir.
Perseroan juga masih mengalami kerugian Rp67,77 miliar, naik kerugian kuartal III/2023 yang hanya mencapai Rp15,16 miliar.
Meski begitu, beban usaha perseroan turun mencapai 16,4 persen (YoY), yang terdiri dari penurunan beban umum dan administrasi di atas 5 persen, dan biaya pemasaran hingga di atas 20 persen, seiring efisiensi dan penyempurnaan proses bisnis, yang dilakukan Perseroan sejak awal tahun.