Rugi Bersih Blibli Menyusut 33,5% di Sepanjang 2023
Rugi bersih turun dari Rp5,50 T menjadi Rp3,64 T pada 2023.
Fortune Recap
- Penurunan rugi bersih Global Digital Niaga Tbk (Beli) sebesar 33,5% menjadi Rp3,64 triliun di tahun 2023.
- Laba bruto Blibli mencapai Rp2,4 triliun namun beban umum dan administrasi serta beban lain membuat rugi usaha mencapai Rp3,58 triliun.
- Pendapatan neto Blibli mengalami penurunan 3,61%, disumbang dari pendapatan pihak ketiga ritel online, toko fisik, institusi, dan pihak berelasi.
Jakarta, FORTUNE – Emiten Teknologi Grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) yang dikenal dengan bisnis e-commerce Blibli, mencatat penurunan Rugi Bersih sebesar 33,5 persen menjadi menjadi Rp3,64 triliun. Pada tahun sebelumnya, perseroan mencatatkan kerugian sebesar Rp5,50 triliun.
CEO dan Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto, mengatakan bahwa penurunan rugi bersih ini tak lepas dari strategi peningkatan profitabilitas perusahaan yang diterapkan di sepanjang 2023. “Inti dari strategi profitabilitas kami adalah optimalisasi bauran produk, kami memprioritaskan produk dengan marjin lebih tinggi, dan menyelaraskan seller rate penjual pihak-ketiga yang selaras dengan peta jalan profitabilitas kami,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (1/4).
Berdasarkan laporan keuangannya, Blibli membukukan laba bruto hingga Rp2,4 triliun di tahun 2023, namun beban umum dan adimistrasi mencapai Rp3,7 triliun ditambah beban lain senilai Rp94,86 miliar, membuat rugi usaha mencapai Rp3,58 triliun. Sementara rugi tahun berjalan Blibli tercatat Rp3,68 triliun.
Dari sisi pendapatan neto, Blibli mengalami penurunan 3,61 persen, dari Rp15,26 triliun menjadi Rp14,71 triliun. Pendapatan ini, disumbang dari sejumlah lini dari pendapatan pihak ketiga ritel online sebesar Rp8,68 triliun; toko fisik sebesar Rp4,30 triliun; dan institusi Rp2,64 triliun. Sementara pendapatan dari pihak berelasi berkontribusi Rp366,49 miliar.
Upaya perbaikan
Untuk memperbaiki kondisi keuangan ini, manajemen pun menyiapkan sejumlah strategi. Optimalisasi belanja iklan berbasis data dan otomatisasi di seluruh proses, memperkuat efisiensi operasional dan menjadi salah satu kunci utama.
Menurut Kusumo, perusahaan juga terus memerkuat omnichannel, yang tak sekadar menjadi pembeda. “Namun merupakan kelanjutan dari komitmen jangka panjang kami untuk mengintegrasikan dunia daring dan luring dengan lancar, melalui inovasi teknologi,” katanya.
Pendekatan pola B2C juga didukung oleh kolaborasi dengan jenama-jenama terkemuka. “Dengan memanfaatkan analitik tingkat lanjut untuk keterlibatan yang dipersonalisasi, kami tidak hanya memenuhi, namun melampaui ekspektasi konsumen yang terus berkembang,” ujarnya.