Bukalapak Incar Pertumbuhan Pendapatan 20%, Usai Rugi Rp1,32 T di 2023
Bukalapak mengalami pembengkakan beban pada tahun lalu.
Jakarta, FORTUNE - Emiten Teknologi, PT BUKAlapak">Bukalapak.com Tbk (BUKA) menargetkan pertumbuhan pendapatan 15-20 persen tahun ini dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar Rp4,43 triliun. Kondisi ekonomi makro yang solid dan menguatnya tingkat kepercayaan konsumen diharapkan bisa menjadi dorongan positif untuk kinerja perseroan sepanjang 2024.
Presiden Bukalapak, Teddy Oetomo mengatakan, perusahaan memiliki platform yang kuat untuk mendukung pertumbuhan dengan peluang yang ada dalam bisnis Mitra, gaming, dan e-retail Bukalapak. Oleh karenanya, dengan fokus untuk menangkap peluang pertumbuhan perseroan optimistis menargetkan hasil yang kuat pada 2024.
"Kami mengharapkan pendapatan akan meningkat antara 15-20 persen menjadi setidaknya Rp 5,10 triliun dan EBITDA yang Disesuaikan lebih tinggi dari Rp 200 miliar untuk 2024," katanya dikutip dari keterangan Senin (25/3).
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Sabtu (23/3), Bukalapak membukukan pendapatan Rp4,43 triliun atau tumbuh 23 persen dari tahun sebelumnya. Divisi marketplace menyumbang pertumbuhan sebesar 47 persen sepanjang tahun lalu yang didukung oleh pertumbuhan pada divisi gaming.
Mitra Bukalapak juga mencatatkan peningkatan tahun lalu. Pendapatan Mitra pada 2023 meningkat 11 persen secara tahunan, menjadi Rp 2,19 triliun, dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan divisi Online to Offline (O2O) ini didorong oleh peningkatan dalam campuran produk dan ragam penawaran layanan yang lebih luas bagi para Mitra.
Sebanyak, 70 persen dari TPV Perusahaan berasal dari luar wilayah Tier 1 Indonesia, di mana Perusahaan terus melihat pertumbuhan yang kuat dalam penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi di kalangan toko ritel mikro offline. Margin kontribusi Bukalapak, dihitung sebagai laba kotor setelah biaya S&M, meningkat dari Rp 31 miliar menjadi Rp532 miliar pada 2023.
Kendati demikian, Bukalapak menderita kerugian Rp1,31 triliun. Kondisi ini berbanding terbalik dibandingkan tahun selumnya yang masih mencatatkan laba bersih Rp1,93 triliun. Tekanan kinerja ini disebabkan oleh sejumlah faktor seperti meningkatnya beban pendapatan operasi, kerugian nilai investasi, membengkaknya rugi entitas asosiasi.
Strategi mengelola beban 2024
Meski mengalami pembengkakan beban, di beberapa pos biaya, Bukalapak juga mencatat sejumlah penurunan misalnya, Beban Umum dan Administrasi sebesar 47 persen menjadi Rp 1,34 triliun dari sebelumnya Rp2,54 triliun.
Investasi dalam teknologi menurutnya merupakan komponen kunci dalam mendorong efisiensi biaya tersebut. Digitalisasi memungkinkan Bukalapak terus meningkatkan pengalaman pengguna kami dan mengurangi waktu eksekusi transaksi.
"Disiplin dalam mengelola biaya yang rendah adalah hal yang penting untuk kami pertahankan di tahun 2024," katanya.
Selain peningkatan efisiensi yang berkelanjutan serta angka pertumbuhan yang solid, Bukalapak juga memiliki posisi modal yang kuat dengan Rp 19,3 triliun dari kas, setara kas, dan investasi likuid yang mencakup obligasi pemerintah dan Reksadana pada 31 Desember 2023.