Efisiensi Produksi, Vale Catat Kenaikan Laba Bersih 37% di 2023
Vale juga catat peningkatan volume penjualan nikel 17%.
Jakarta, FORTUNE - Emiten pertambangan Nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan pertumbuhan kinerja keuangan sepanjang 2023. Pada akhir periode lalu, perseroan membukukan laba bersih US$274 juta atau sekitar Rp4,28 triliun (asumsi kurs Rp15.623 per dolar AS), tumbuh 37 persen dibandingkan 2022 sebesar US$200 juta.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Vale Indonesia mencatatkan pendapatan US$1,23 miliar atau Rp19,23 triliun di 2023. Anga ini naik 4,48 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$1,17 miliar.
Sejalan dengan naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan Vale juga meningkat dari US$865 juta menjadi US$885 juta, yang sebagian disumbang oleh naiknya biaya bahan bakar minyak dan pelumas, depresiasi dan jasa kontraktor. Hal itu menyebabkan perseroan meraih laba kotor senilai US$347 juta, naik 10,86 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$313 juta.
Demikian pula dengan perolehan laba usaha perseroan yang mampu mencatat kenaikan 11,02 persen sejalan dengan menurunnya beban pendapatan lainnya. Secara akumulasi, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar US$274,3 juta atau 37% lebih tinggi dibandingkan dengan laba yang dicatat pada 2022.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy mengatakan, 2023 merupakan tahun yang luar biasa bagi PT Vale. Perseroan mencatat peningkatan produksi sebesar 18 persen dan EBITDA yang kuat sebesar US$499,6 juta.
"Meskipun menghadapi situasi pasar yang kurang menguntungkan, kedisiplinan dalam operasional dan keuangan yang kami lakukan membuahkan hasil keuangan yang baik," kata Febriany dikutip Senin (12/2).
Perseroan juga mencatat saldo kas US$698,8 juta pada akhir tahun bersamaan dengan encana investasi yang yang sedang berjalan. "Saldo kas yang kuat ini akan memungkinkan kami untuk terus mencapai kemajuan yang baik dalam proyek pertumbuhan kami," uajrnya.
Ia juga mengatakan, 2023 merupakan tahjn bersejarah bagi perseroan seiring dengan diresmikannya Taman Keanekaragaman Hayati Sawerigading Wallacea, di mana pada akhir Maret lalu, Presiden Joko Widodo untuk meresmikan Taman Keanekaragaman Hayati Sawerigading Wallace. Presiden mengapresiasi operasional perusahaan sebagai acuan yang dapat ditiru oleh perusahaan pertambangan nikel lainnya.
Presiden juga menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama definitif antara PT Vale, Huayou Zhejiang Cobalt (Huayou), dan Ford Motor Company (Ford). "Pada pertengahan bulan November, PT Vale bersama pemegang saham mayoritasnya, yaitu Vale Canada Limited (VCL), PT Mineral Industri Indonesia (Persero) (MIND ID), dan Sumitomo Metal
Mining Co., Ltd (SMM), mencapai tonggak penting dengan penandatanganan Perjanjian Induk, sebagai langkah penting menuju pemenuhan kewajiban divestasi Perseroan berdasarkan hukum pertambangan Indonesia, yang juga merupakan prasyarat untuk mendapatkan perpanjangan izin operasi kami," katanya.
Kinerja operasional
Sepanjang 2023, Vale juga mencatat peningkatan volume penjualan sebesar 17 persen dibandingkan dengan 2022 dan naik 20 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Meskipun harga realisasi rata-rata kami lebih rendah pada 2023, namun Perseroan mampu mempertahankan biaya produksi US$10.089 per 2023, di mana hal ini berkontribusi pada kenaikan laba kotor sebesar 11 persen pada tahun tersebut," kata Febriany.
Biaya produksi ini mengalami penurunan sebesar 12 persen menjadi US$10.089 per metrik ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$11.444 per metrik ton.
Penurunan ini disebabkan oleh lebih rendahnya biaya energi dan berbagai inisiatif peningkatan produktivitas yang perseroan lakukan