Ford Suntik Modal Rp88,7 M ke Perusahaan Patungan Vale
Ford akan mengambil bagian 8,5% saham KNI
Fortune Recap
- Ford Motor Company menyuntikkan modal Rp88,72 miliar ke Kolaka Nickel Indonesia (KNI) perusahaan patungan PT Vale Indonesia Tbk.
- Modal ditempatkan dan disetor KNI naik menjadi Rp1,04 triliun dengan 1.043.716 saham, struktur kepemilikan saham KNI berubah.
- Ford akan memiliki 8,5% saham di KNI, sementara Huaqi (Singapore) Pte Ltd turun menjadi 73,20% dan Vale menggenggam 18,30%.
Jakarta, FORTUNE - Perusahan otomotif global, Ford Motor Company, menyuntikkan modal senilai Rp88,72 miliar ke Kolaka Nickel Indonesia (KNI) perusahaan patungan (joint venture) PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Transaksi ini dilakukan pada 22 Desember lalu.
Sekretaris Perusahaan Vale Indonesia, Fila Alanda mengatakan, modal ditempatkan dan disetor KNI ditingkatkan sebesar Rp88,72 miliar yang terbagi atas 88.716 saham baru, dengan masing-masing nilai nominal Rp1.000.000 yang akan diambil bagian seluruhnya oleh Ford.
Setelah suntikan Ford, modal ditempatkan dan disetor Kolaka Nickel Indonesia menjadi Rp1,04 triliun yang terbagi atas 1.043.716 saham dengan nominal Rp1 juta per saham. Sedangkan untuk modal dasar KNi, naik menjadi Rp3,82 triliun yang terbagi atas 3.820.000 saham bernominal Rp1 juta per saham.
"Sebagai akibat dari penerbitan dan pengambilan bagian saham baru tersebut, maka struktur permodalan dan struktur kepemilikan saham KNI akan berubah," katanya dalam keterangan resmi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dikutip Rabu (27/12).
Masuknya modal ini, maka Ford akan mengambil bagian atas 88.716 saham atau setara 8,5 persen saham di KNI. Adapun, kepemilikan Huaqi (Singapore) Pte Ltd turun menjadi 764.000 saham atau 73,20 persen, sedangkan Vale menggenggam 191.000 saham atau 18,30 persen.
Rantai pasok baterai mobil listrik
Pada Maret 2023, PT Vale Indonesia Tbk dan Zhejiang Huayou Cobalt Co. (Huayou) Tiongkok mengumumkan kesepakatan dengan Ford Motor Co. (Ford), untuk memproduksi Nikel dan menyokong kebutuhan baterai kendaraan listrik (EV).
Ketiga perusahaan tersebut melakukan penyertaan modal di Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa melalui kesepakatan definitif, yang dihadiri Presiden Indonesia Joko Widodo.
Proyek HPAL Blok Pomalaa akan mengolah bijih yang dipasok oleh PT Vale Indonesia dari tambang Blok Pomalaa untuk menghasilkan nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP), produk nikel berbiaya rendah yang digunakan dalam baterai EV dengan katoda kaya nikel.
Pabrik HPAL ini akan beroperasi di bawah naungan PT Kolaka Nickel Indonesia di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Proyek ini diestimasikan dapat menghasilkan hingga 120 kiloton MHP per tahun.
Persiapan lokasi awal Proyek HPAL Blok Pomalaa telah dimulai, dan konstruksi penuh diharapkan dapat dimulai tahun ini, dengan operasi komersial ditargetkan teralisasi di 2026. Kolaborasi ini akan memenuhi kebutuhan penting untuk peralihan industri otomotif ke EV, meningkatkan industri manufaktur EV Indonesia, dan mendukung rencana Ford untuk menghasilkan produksi 2 juta Mobil Listrik pada akhir 2026 dan skala lebih lanjut secara bertahap.
“Kerangka kerja ini memberikan kendali langsung kepada Ford untuk mendapatkan nikel yang dibutuhkan – dengan salah satu pendekatan industri berbiaya terendah – dan memungkinkan kami memastikan nikel telah ditambang sejalan dengan target keberlanjutan perusahaan kami, menetapkan standar ESG yang tepat saat kami mengukur,” kata Lisa Drake, Vice President of EV Programs and Energy Supply Chain Ford.
Sementara itu, Febriany Eddy, CEO PT Vale Indonesia mengatakan, perseroan menanamkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam kolaborasi unik dengan pembuat mobil global Ford dan Huayou untuk berinvestasi bersama dalam proyek ini.
"Kerja sama global ini sejalan dengan visi Indonesia untuk membangun ekosistem EV domestik dan menjadikan PT Vale sebagai kontributor penting dalam mengatasi tantangan dekarbonisasi dunia, dengan investasi yang akan menghasilkan manfaat ekonomi lokal dan memastikan pemanfaatan sumber daya nikel Indonesia secara optimal," ujarnya.