Jaga Dominasi Pasar, Semen Indonesia Beberkan Strategi Operasional
SIG kuasai 50% pangsa pasar semen dengan 7 merek yang kuat.
Jakarta, FORTUNE – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) atau SIG mengungkapkan sejumlah starteginya dalam mempertahankan dominasinya di industri semen dan bahan bangunan Indonesia. Hingga saat ini, perusahaan memimpin industri dengan menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar.
Direktur Keuangan dan Manajemen Portofolio, Andriano Hosny Panangian mengatakan Semen Indonesia terus memperkuat inovasi untuk menghasilkan produk bahan bangunan bermutu, layanan berkualitas, serta menciptakan peluang-peluang baru untuk meningkatkan daya saing, mencapai efisiensi dan operasional berkelanjutan, serta meningkatkan profitabilitas Perusahaan.
“Di tengah kondisi persaingan pasar yang ketat sebagai akibat dari kelebihan kapasitas produksi semen, pengembangan diversifikasi produk dan layanan menjadi sebuah keharusan untuk menjajaki peluang-peluang bisnis baru yang berkontribusi pada kinerja positif dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” kata Andriano dalam paparna publik Live, Selasa (29/11).
Untuk mencapai visi menjadi penyedia solusi bahan bangunan terdepan, SIG meningkatkan kapabilitas untuk mempertahankan kepemimpinan pasar baik melalui kegiatan operasional, pengelolaan harga dan pasar, hingga manajemen keuangan yang baik.
Dengan dukungan sumber daya, fasilitas produksi dan distribusi yang luas, serta finansial yang kuat, Semen Indonesia menghadirkan produk dan layanan inovatif dan berkualitas untuk melayani berbagai kebutuhan pembangunan di pasar nasional maupun regional.
Dengan pangsa pasar lebih dari 50 persen di dalam negeri, SIG memiliki tujuh merek semen yang kuat dan menjadi pemimpin pasar di masing-masing regionnya, antara lain Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa, Dynamix, Semen Andalas, Semen Baturaja, serta Thang Long Cement.
Operasional SIG didukung pabrik semen terintegrasi di 9 lokasi, pabrik pengemasan di 26 lokasi, 8 pabrik penggilingan semen, dan tujuh pelabuhan. Sedangkan jalur distribusi diperkuat oleh 385 distributor baik di Indonesia maupun di Vietnam (TLCC), serta 70.000 toko ritel di Indonesia.
Diversifikasi bisnis
Semen Indonesia juga menjalankan sejumlah lini bisnis lain sebagai bentuk pengembangan diversifikasi produk dan layanan, seperti lini bisnis turunan semen yang meliputi beton siap pakai, mortar, dan pracetak, serta ekosistem bisnis end-to-end meliputi pertambangan, kemasan, pengelolaan limbah ramah lingkungan, logistik, layanan teknologi informasi dan kawasan industri.
Perseroan menilai, industri semen nasional memiliki prospek yang baik, didorong oleh permintaan semen untuk pengembangan properti dan perumahan menyusul backlog pembangunan perumahan nasional yang mencapai 12,75 juta unit pada tahun 2022, dan masifnya pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia yang menjadi agenda prioritas pembangunan pemerintah.
“Pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) juga akan menjadi motor penggerak pertumbuhan industri semen nasional. SIG berada pada posisi strategis untuk mendukung pembangunan IKN dengan memasok bahan bangunan sesuai kebutuhan karena memiliki fasilitas di Balikpapan dan Samarinda yang cukup dekat dengan lokasi proyek,” ujarnya.
Oleh sebab itu, SIG secara konsisten menjalankan operational excellence untuk meningkatkan profitabilitas melalui sejumlah inisiatif untuk mencapai optimalisasi kegiatan distribusi, efisiensi indeks konsumsi batu bara, peningkatan pemanfaatan energi alternatif, efisiensi biaya operasi dan efisiensi biaya keuangan dari program deleveraging.
Pada periode Januari-September 2023, SIG berhasil mencatatkan peningkatan volume penjualan sebesar 5,9 persen menjadi 29,2 ton juta ton, serta kenaikan pendapatan sebesar 4 persen menjadi Rp27,7 triliun. Sejalan dengan peningkatan volume penjualan dan kenaikan pendapatan, SIG juga mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,71 triliun atau naik 1,8 persen dari periode sebelumnya.
SIG juga mencatat perkembangan operasional berkelanjutan yang menjadi daya saing Perusahaan. Hingga akhir kuartal III/2023, substitusi energi panas (TSR) menjadi 7,29 persen. Emisi GRK Cakupan 1 turun 16,94 persen menjadi 588 kg CO2/ton semen ekuivalen dari baseline 2010 (708 kg CO2/ton semen ekuivalen).
Capaian ini diperoleh dari efisiensi clinker factor, penggunaan bahan bakar alternatif sebagai substitusi batu bara, dan optimalisasi Specific Thermal Energy Consumption (STEC).