Kenaikan Harga CPO Dongkrak Laba Bersih Emiten Perkebunan Grup Salim
Lonsum fokus pada peremajaan lahan sawit dan efisiensi.
Jakarta, FORTUNE - Dua emiten perkebunan Grup Salim, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Tbk (SIMP) mencatat kenaikan laba bersih sepanjang 2022. Pertumbuhan tersebut salah satunya dipicu oleh kenaikan harga produk sawit perseroan.
Sepanjang tahun lalu, PP London Sumatra mencatat total produksi Tandan Buah Segar (TBS) 1,42 juta ton, naik tipis sekitar 2 persen seiring kenaikan TBS eksternal, mengimbangi sebagian penurunan TBS inti.
Produksi TBS inti perseroan tercatat turun 2 pesren secara tahunan menjadi 1,17 juta ton akibat dampak cuaca dan kegiatan peremajaan tanaman sawit.
Di sisi lain, perseroan juga mencatat total produksi mintak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) sebesar 306 ribu ton, stagnan dibandingkan 2021. Pada semester II 2022, produksi TBS inti dan CPO naik masing-masing 14 persen dan 27 persen secara tahunan dibandingkan semester kedua 2021..
Dengan volume tersebut, perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp4,59 triliun di 2022, naik tipis 1 persen terutama disebabkan kenaikan harga jual rata-rata produk sawit yang sebagian mengimbangi penurunan volume penjualan CPO.
Lonsum mencatat laba kotor Rp1,49 triliun, laba usaha Rp1,21 triliun dan EBITDA Rp1,75 triliun. Secara keseluruhan, perusahaan membukukan peningkatan laba bersih 4 persen secara tahunan menjadi Rp1,04 triliun.
Presiden Direktur Lonsum, Benny Tjoeng mengatakan, di tengah berbagai tantangan sektor agribisnis terutama akibat dampak cuaca dan volatilitas harga komoditas, Lonsum berhasil mencatat kinerja keuangan yang positif di 2022. "Kami melanjutkan kegiatan peremajaan lahan kelapa sawit tua dan berfokus pada upaya pengendalian biaya dan efisiensi," katanya, Rabu (1/3).
Untuk mendukung pertumbuhan organik, perseroan bakal memperkuat posisi keuangan, mengendalikan biaya dan efisiensi, meningkatkan produktivitas, memprioritaskan belanja modal terutama pada kegiatan peremajaan kelapa sawit dan infrastruktur serta berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan.
Kinerja keuangan SIMP
Sementara itu, emiten kebun Salim Ivomas melaporkan pemulihan produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti pada semester kedua tahun 2022 dengan kenaikan 10 persen secara tahunan. Hal ini pada akhirnya mendorong kenaikan produksi sepanjang 2022 sebesar 2 persen yoy menjadi 2,81 juta ton.
Sejalan dengan kenaikan pembelian TBS dari eksternal, produksi CPO perseroan pun naik 20 persen pada semester II 2022 dan 7 persen secara keseluruhan pada 2022 menjadi 736 ribu ton.
Realisasi produksi dan volume penjualan ini menyebabkan Grup SIMP mencatat penjualan sebesar Rp17,79 triliun sepanjang 2022, turun 9% persen dibandingkan tahun sebelumnya karena penurunan penjualan produk minyak dan lemak nabati. Namun, sebagian juga diimbangi oleh kenaikan harga jual rata-rata dan volume penjualan produk sawit.
Grup SIMP membukukan kinerja yang positif pada 2022 dengan laba bruto mencapai Rp4,65 triliun, laba usaha Rp2,92 triliun dan EBITDA Rp4,68 triliun. Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 21 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp1,20 triliun.
Rasio pengungkit neto (net gearing) Grup SIMP pada 31 Desember 2022 turun menjadi 0,26x dibandingkan 0,37x pada 31 Desember 2021.
Direktur Utama Grup SIMP, Mark Wakeford mengatakan, pada 2022, Grup SIMP meraih kinerja keuangan positif terutama disebabkn kenaikan harga jual rata-rata serta upaya-upaya kami dalam pengendalian biaya dan efisiensi.
"Sektor agribisnis pada 2022 masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dampak cuaca dan volatilitas harga komoditas. Kondisi cuaca telah mempengaruhi produksi TBS inti kami namun secara year on year, kami telah melihat pemulihan produksi terutama pada semester II dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," katanya dalam keterangan dikutip Rabu (1/3).
Ke depan, perusahaan akan fokus memprioritaskan belanja modal untuk kegiatan peremajaan kelapa sawit dan infrastruktur, peningkatan pengendalian biaya dan efisiensi, peningkatan produktivitas dan berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan.