Dikabarkan Nyaris Bangkrut, Sritex Angkat Bicara
Operasional masih berjalan walau kinerja tertekan.
Fortune Recap
- PT Sri Rejeki Isman Tbk membantah kabar lilitan utang jumbo dan posisinya yang nyaris bangkrut
- Sritex telah menyelesaikan restrukturisasi utang melalui proses PKPU di Indonesia, moratorium di Singapura, dan Amerika Serikat
- Kinerja SRIL sepanjang 2023 mencatatkan penurunan penjualan hingga 38 persen, dengan kerugian bersih US$174,84 juta
Jakarta, FORTUNE – Emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex, memberikan penjelasan mengenai kabar lilitan utang jumbo dan posisinya yang nyaris bangkrut.
Direktur Keuangan SRIL, Welly Salam, membantah kabar tersebut. Hingga saat ini, dia bilang, perusahaan masih beroperasi.
"[Kabar itu] tidak benar, karena perseroan masih beroperasi dan tidak ada putusan pailit dari pengadilan,” kata dia dalam keterangannya yang dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (25/6).
Selain itu, Welly memberikan penjelasan tentang kabar kreditur yang telah menyetujui proposal restrukturisasi utang perusahaan. SRIL telah menyelesaikan restrukturisasi utang melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Indonesia, moratorium di Singapura, dan Amerika Serikat.
"Restrukturisasi lewat PKPU sudah selesai dan berkekuatan hukum tetap sesuai putusan PKPU tertanggal 25 Januari 2022 atas perkara PKPU No. 12/Pdt-Sus-PKPU/2021/PN Niaga Semarang," ujarnya.
Welly juga menambahkan bahwa perusahaan telah memohon relaksasi kepada kreditur berdasarkan hasil proposal restrukturisasi, dan mayoritas kreditur telah memberikan persetujuan atas relaksasi tersebut.
Sebab turunnya kinerja SRIL
Berkenaan dengan kinerja perseroan yang menurun signifikan akibat pandemi Covid-19 dan persaingan ketat dalam Industri Tekstil global, Welly menjelaskan beberapa faktor penyebabnya.
"Penurunan pendapatan secara drastis akibat Covid-19 dan persaingan yang ketat di industri tekstil global dipengaruhi oleh kondisi geopolitik, perang di Rusia-Ukraina, serta konflik Israel-Palestina yang menyebabkan gangguan rantai pasokan dan penurunan ekspor karena pergeseran prioritas oleh pembeli," ujarnya.
Selain itu, kelebihan pasokan tekstil di Cina yang menyebabkan dumping harga juga turut mempengaruhi kondisi pasar. Produk-produk ini terutama menyasar negara-negara di luar Eropa dan Cina yang memiliki aturan impor yang longgar, termasuk Indonesia.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, perusahaan tetap beroperasi dengan menjaga keberlangsungan usaha dan operasional.
"Situasi geopolitik dan gempuran produk Cina masih terus berlangsung sehingga penjualan belum pulih. Namun, perusahaan tetap beroperasi dengan menjaga keberlangsungan usaha serta operasional dengan menggunakan kas internal maupun dukungan sponsor," ujarnya.
Kinerja SRIL sepanjang 2023
PT Sri Rejeki Isman Tbk memastikan bahwa operasional perusahaan masih berjalan normal dan perusahaan terus berupaya untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi.
Sepanjang 2023, SRIL membukukan kerugian bersih US$174,84 juta. Catatan rugi tersebut turun 56 persen dari kerugian US$395,56 juta pada 2022.
Sritex mencatatkan penurunan penjualan hingga 38 persen sepanjang tahun lalu, dari semula US$524,56 juta pada 2022 menjadi US$325,08 juta.