Megaproyek Baterai Lithium Antam dan CBL, Luhut: Pertama di Dunia
Kedua perusahaan sepakat kerja sama ekosistem baterai.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kerja sama antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL), perusahaan asal Hong Kong, untuk membentuk divestasi proyek baterai EV (electric vehicle) akan menghasilkan pabrik baterai lithium terintegrasi pertama di dunia.
Kerja sama kedua perusahaan ini akan mencakup rantai pasok ekosistem baterai, mulai dari tambang nikel dari hulu hingga pabrik superbesar penghasil battery cell and pack, serta daur ulang.
"Ini menjawab pertanyaan mengenai hilirisasi, di mana masih banyak yang dapat dilakukan di sini," kata Luhut dalam keterangan yang dikutip Jumat (29/12).
Luhut menekankan pentingnya efisiensi dan kecepatan pengerjaan proyek mengingat persaingan global yang semakin ketat. Dia juga menyatakan bahwa eksekusi proyek harus tetap mematuhi standar lingkungan dan ketenagakerjaan yang tinggi.
"Kita harus transparan dengan digitalisasi, dan eksekusi proyek ini harus menjadi contoh standar untuk proyek serupa di masa depan," ujarnya.
Luhut menyatakan keterbukaannya terhadap kritik mengenai isu lingkungan dan berkomitmen untuk melakukan perbaikan, termasuk meningkatkan mekanisme dan prosedur operasional standar (SOP). Dia juga menegaskan tentang program pelatihan pegawai lokal untuk mengikuti teknologi tinggi.
"Mari bangun kesepakatan bahwa pejabat yang terlibat harus transparan, sehingga Indonesia dapat menjadi contoh negara maju dan transparan," katanya.
Antam dan CBL menyelesaikan serangkaian transaksi terkait hilirisasi mineral nikel terintegrasi di Indonesia, Kamis (28/12). Kedua perusahaan melakukan kesepakatan untuk membangun perusahaan patungan dalam proyek hidrometalurgi (HPAL JVCO).
Aksi perseroan Antam dan CBL
Dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) terbaca bahwa CBL melalui anak perusahaannya Hong Kong CBL Limited (HKCBL) menyelesaikan serangkaian transaksi terkait hilirisasi mineral nikel terintegrasi di Indonesia.
Dalam transaksi itu, Antam melakukan penjualan atas 49 persen saham di PT Sumberdaya Arindo (SDA) kepada Hong Kong CBL Limited (HKCBL). Selain itu, Antam juga melepas 10 persen saham di PT Feni Haltim (FHT) kepada HKCBL.
Kemudian, PT Internatonal Mineral Capital (IMC), anak usaha ANTM, menjual 50 persen saham di FHT kepada HKCBL.
Nilai transaksi divestasi SDA yang akan dibayarkan secara tunai oleh HKCBL kepada Antam mencapai US$416,5 juta atau sekitar Rp6,4 triliun.