Pendapatan ANTM Naik 40 Persen, Tapi Laba Malah Tertekan
Masih dihadapkan dengan tantangan operasional.
Fortune Recap
- ANTM mencatat pertumbuhan penjualan 40% menjadi Rp43,20 triliun hingga September 2024.
- Laba bersih ANTM turun 22,53% menjadi Rp2,20 triliun, dengan kontribusi penjualan emas yang signifikan.
- ANTM menjalin kerja sama hilirisasi mineral nikel dan bauksit untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik nasional.
Jakarta, FORTUNE – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mengumumkan kinerja selama sembilan bulan pertama 2024. Sepanjang periode tersebut, perseroan mencatatkan pertumbuhan penjualan 40 persen menjadi Rp43,20 triliun jika dibandingkan penjualan pada periode sama 2023 yang sebesar Rp30,90 triliun.
Sedangkan dari bottom line, ANTM meraih laba bersih senilai Rp2,20 triliun hingga September 2024. Keuntungan ANTM turun 22,53 persen dibandingkan dengan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp2,84 triliun yang diperoleh pada September 2023.
Direktur Utama Antam, Nico Kanter, menyatakan pencapaian ini menegaskan kemampuan perusahaan dalam menjaga stabilitas dan daya saing di tengah berbagai tantangan global.
“Kami terus berkomitmen untuk memberikan nilai positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan,” kata Nico dalam keterangannya, Rabu (31/10).
Pada periode sembilan bulan pertama 2024, Nico mengatakan ANTM masih dihadapkan pada tantangan operasional yang disebabkan oleh kendala perizinan. Meski begitu, ANTM bisa mengoptimalkan kinerja produksi dan penjualan, terutama pada komoditas nikel.
Sementara itu, peningkatan permintaan dalam negeri dan strategi pemasaran telah mendorong kinerja penjualan komoditas emas yang signifikan. Secara keseluruhan, kontribusi penjualan bersih domestik mencapai Rp39,79 triliun atau sekitar 92 persen dari total penjualan bersih ANTM hingga kuartal III-2024.
“Strategi kami untuk memperkuat basis pelanggan domestik telah memberikan dampak signifikan. Antam tidak hanya berhasil memperkuat posisi strategisnya di dalam negeri, tetapi juga membangun ketahanan bisnis dari tantangan geopolitik dan ekonomi global,” kata Nico.
Hilirisasi mineral Antam
Terkait proyek kerja sama pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia, sampai dengan September 2024 telah tercapai beberapa tonggak penting pekerjaan awal, perizinan serta persiapan pendanaan proyek untuk mendukung persiapan konstruksi sesuai target.
Dalam Hilirisasi pada komoditas nikel, ANTM melalui entitas anak usaha PT Gag Nikel (PTGN), pada 3 Oktober 2024 telah melaksanakan transaksi pembelian 30 persen saham PT Jiu Long Metal Industry (JLMI) yang merupakan anak perusahaan yang dikendalikan oleh Eternal Tsingshan Group Limited.
Dengan kepemilikan saham PTGN pada JMLI, diharapkan dapat menguatkan penjualan bijih nikel dari PTGN dan juga kontribusi dari asosiasi sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham. Implementasinya juga diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik nasional.
Sebagai tindak lanjut atas ditetapkannya perusahaan menjadi pemenang lelang Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) Blok Pongkeru, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, dengan luas WIUPK sebesar 4.252 hektare, ANTM menjalin kerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
ANTAM bekerja sama dengan PT Sulsel Citra Indonesia (Perseroda) (SCI) dan PT Luwu Timur Gemilang (Perseroda) (LTG) untuk membentuk perusahaan patungan dalam rangka pengembangan pertambangan nikel di Blok Pongkeru pada 13 September 2024.
Dalam kerja sama ini Antam memiliki saham mayoritas, sementara SCI sebagai BUMD Provinsi dan LTG sebagai BUMD Kabupaten memiliki saham minoritas.
Dalam hilirisasi komoditas bauksit, proyek smelter grade alumina refinery (SGAR) Mempawah telah mencapai tonggak penting dengan dimulainya fase injeksi bauksit perdana pada 24 September 2024.
Fase ini menandai tahap commissioning proyek yang dijalankan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) yang merupakan perusahaan patungan antara ANTAM dan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).
ANTM akan memasok bijih bauksit dari tambang di Kalimantan Barat sebagai bahan baku utama untuk produksi alumina ke PT BAI dengan kebutuhan produksi 1 juta ton alumina.