Pendapatan Harita Nickel Naik Dua Digit Capai Rp20,38 Triliun
Pertumbuhan ini didorong peningkatan volume produksi.
Fortune Recap
- Pendapatan Harita Nickel tumbuh 18% menjadi Rp20,38 triliun hingga September 2024.
- Volume produksi bijih nikel naik 12%, FeNi dari smelter RKEF melonjak 39%, dan MHP nikel meningkat 47% secara tahunan.
- Investasi pada fasilitas pemrosesan selaras dengan program hilirisasi pemerintah Indonesia, Harita Nickel akan terus meningkatkan efisiensi operasional.
Jakarta, FORTUNE - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel melaporkan pertumbuhan dua digit dalam pendapatan dan operasionalnya pada sembilan bulan pertama 2024, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri nikel Indonesia.
Pendapatan perusahaan mencapai Rp20,38 triliun hingga akhir September 2024, meningkat 18 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya. Laba kotor mencatatkan kenaikan 9 persen menjadi Rp6,66 triliun, sementara EBITDA tumbuh 14 persen menjadi Rp8,88 triliun.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp4,84 triliun atau naik 8 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
"Hasil ini mencerminkan upaya berkelanjutan kami untuk mengoptimalkan operasional dan menjaga profitabilitas di tengah fluktuasi harga nikel global. Perluasan kapasitas produksi kami mendukung kebutuhan pasar yang terus meningkat, khususnya di sektor baterai kendaraan listrik,” kata Head of Investor Relations Harita Nickel, Lukito Gozali, dalam keterangannya, Jumat (22/11).
Volume produksi Harita Nickel ikut meningkat
Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan volume produksi dari operasi penambangan dan fasilitas pemrosesan, meskipun harga nikel global mengalami fluktuasi.
Dari sisi operasional, Harita Nickel mencatatkan peningkatan volume produksi bijih nikel hingga 16,27 juta wet metric tonnes (wmt), naik 12 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2023.
Produksi ferronickel (FeNi) dari smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) melonjak 39 persen menjadi 95.813 ton, sementara produksi mixed hydroxide precipitate (MHP) nikel dari fasilitas high pressure acid leach (HPAL) mencapai 71.531 ton, meningkat 47 persen secara tahunan.
Keberhasilan fasilitas HPAL kedua, PT Obi Nickel Cobalt (ONC), yang mulai beroperasi penuh pada Agustus 2024 turut berkontribusi signifikan terhadap total produksi. Selain itu, fasilitas HPAL pertama juga mulai memproduksi dan mengekspor kobalt elektrolitik, menambah diversifikasi produk perusahaan.
Lukito mengatakan investasi pada fasilitas pemrosesan selaras dengan komitmen perusahaan dalam mendukung program hilirisasi pemerintah Indonesia.
“Selain itu, Harita Nickel terus meningkatkan efisiensi operasional dan menerapkan praktik keberlanjutan untuk memastikan kontribusi positif terhadap industri nikel nasional,” ujarnya.
Ke depan, Harita Nickel akan melanjutkan pengembangan kapasitas produksi dan inovasi produk demi memenuhi permintaan global, khususnya pada sektor kendaraan listrik yang menjadi pendorong utama kebutuhan nikel.