Transaksi Aset Kripto Capai Rp475 Triliun hingga Oktober 2024
Transaksi kripto di Indonesia didominasi usia 18-35 tahun.
Fortune Recap
- Transaksi aset kripto di Indonesia mencapai Rp475 triliun hingga Oktober 2024, dengan puncaknya pada 2021 sebesar Rp859,4 triliun.
- Jumlah pelanggan aset kripto mencapai 21,63 juta, mayoritas berusia 18-35 tahun. Rata-rata nilai transaksi harian pada 2023 adalah Rp0,41 triliun.
- Aset kripto menjadi bagian tak terpisahkan dari ekonomi digital global. Namun, pentingnya literasi keuangan dalam memahami risiko dan potensi investasi di aset kripto.
Jakarta, FORTUNE - Perkembangan Aset Kripto di Indonesia terus menunjukkan tren yang menjanjikan. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat, hingga Oktober 2024, transaksi aset kripto mencapai Rp475 triliun.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya mengatakan pada 2021, transaksi kripto sempat mencapai puncaknya dengan nilai Rp859,4 triliun, didorong oleh fenomena all time high dari aset seperti bitcoin dan altcoin.
"Meskipun sempat mengalami penurunan, kita optimis bahwa pada 2025 mendatang, dengan adanya siklus halving bitcoin, akan ada lonjakan transaksi lagi," ujarnya dalam Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025, Selasa (10/12).
Adapun, nilai transaksi kripto pada Oktober tahun ini mencapai Rp48,44 triliun, tumbuh 361,18 persen dibandingkan Oktober 2023 sebesar Rp10,5 triliun.
Hingga saat ini, jumlah pelanggan aset kripto di Indonesia telah mencapai 21,63 juta. Angka ini menunjukkan tingginya minat masyarakat, terutama generasi muda, terhadap investasi digital. Mayoritas pengguna, yakni sekitar 70 persen, berada dalam rentang usia 18–35 tahun.
Bappebti juga mencatat sepanjang 2023, rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp0,41 triliun, dengan rata-rata nilai transaksi bulanan sebesar Rp12,44 triliun. "Ini sejalan dengan tren penggunaan gadget dan akses internet yang didominasi anak muda," ujarnya.
Aset digital dalam perekonomian global
Bitcoin, salah satu aset kripto terkemuka, kini menempati posisi ketujuh sebagai aset terbesar dunia, melampaui banyak aset tradisional seperti emas dan perak.
Tirta mengatakan, dari 10 aset terbesar di dunia, tujuh di antaranya terkait erat dengan teknologi digital seperti Web 3.0 dan perusahaan besar semacam Google, Facebook, dan Microsoft.
"Aset kripto kini menjadi bagian tak terpisahkan dari ekonomi digital global," ujarnya.
Pendorong lonjakan transaksi aset kripto salah satunya adalah kemudahan akses dan nominal transaksi yang terjangkau. Di Indonesia, transaksi kripto bisa dilakukan dengan modal kecil, bahkan mulai dari Rp5.000 hingga Rp10.000, sehingga menjangkau lebih banyak kalangan, termasuk anak muda.
Namun, Tirta menekankan pentingnya literasi keuangan. Meski popularitas aset kripto terus meningkat, masih banyak masyarakat yang skeptis terhadap aset digital ini.
"Literasi merupakan kunci utama agar masyarakat dapat memahami risiko sekaligus potensi dari investasi di aset kripto," ujar Tirta.
Dengan pertumbuhan transaksi yang pesat dan dukungan teknologi yang semakin maju, pasar aset kripto di Indonesia diproyeksikan akan terus berkembang. Tahun 2025 diperkirakan menjadi momen penting, seiring dengan optimisme terhadap siklus halving bitcoin dan meningkatnya adopsi aset digital di kalangan masyarakat.