Tutup Pabrik, Bata Tetap Layani Masyarakat Melalui Gerainya
Keputusan ini diambil melihat keberlangsungan bisnis Bata.
Fortune Recap
- PT Sepatu Bata Tbk menutup pabrik dan fasilitas produksinya di Purwakarta, Jawa Barat akibat kondisi bisnis yang memburuk.
- BATA akan terus beroperasi dan melayani kebutuhan masyarakat Indonesia dengan kualitas produk terbaiknya meski menutup pabrik.
- Manajemen Bata telah bertemu dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk fokus pada pengembangan produk dan desain guna memenuhi selera pasar.
Jakarta, FORTUNE - PT Sepatu BATA Tbk (BATA) memutuskan menutup pabrik dan fasilitas produksinya di Purwakarta, Jawa Barat akibat kondisi bisnis yang memburuk. Keuangan perusahaan dalam empat tahun terakhir terus mengalami penurunan disebabkan pandemi Covid-19 serta perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat.
Meski begitu, Direktur dan Sekretaris Bata, Hatta Tutuko mengatakan, Bata berkomitmen untuk tetap berinvestasi di Indonesia dengan memenuhi permintaan pelanggannya. Hal ini dilakukan untuk kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.
“Keputusan-keputusan ini tentu tidak dibuat dengan mudah dan dilakukan setelah melakukan evaluasi mendalam dan persetujuan antara pihak-pihak yang terkait. Penyesuaian-penyesuaian ini juga merupakan bagian dari komitmen Perusahaan untuk berkembang dan beradaptasi di masa-masa perubahan ini,” kata dia seperti dikutip dalam keterangannya, Selasa (14/5).
Dengan kinerja yang tertekan, Hatta mengatakan, BATA perlu bertransformasi untuk melayani konsumen dengan lebih baik.
Menggandeng pabrik mitra lokal di Indonesia
Pasca penutupan pabrik, Perseroan mengatakan bakal menggandeng produsen lokal dari pabrik mitra di Indonesia —beberapa di antaranya merupakan pabrikan pernah bekerja sama dengan perusahaan.
“PT Sepatu Bata Tbk akan terus beroperasi dan melayani kebutuhan masyarakat Indonesia dengan kualitas produk terbaiknya,” ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan Desember 2023, BATA mencatat rugi bersih sebesar Rp190,29 miliar di 2023, melonjak 79,66 persen dibanding 2022 dengan total kerugian Rp105,92 miliar.
Beban pokok penjualan BATA menyusut dari Rp383,43 miliar di 2022 menjadi Rp380,56 miliar pada 2023. Beban umum dan administrasi naik menjadi Rp117,88 miliar dibanding sebelumnya Rp111,15 miliar. Beban penjualan dan pemasaran naik menjadi Rp259,91 miliar, sementara pendapatan usaha lainnya merosot dari 652,54 juta menjadi hanya Rp481,23 juta.
Pertemuan dengan Kemenperin
Terkait penutupan pabrik, Manajemen Bata juga telah bertemu dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Rabu (8/5).
Pertemuan Kemenperin itu dihadiri oleh Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, dan Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK), Adie Rochmanto Pandiangan. Sedangkan pihak manajemen PT Sepatu Bata Tbk diwakili oleh para direksi yaitu Hatta Tutuko, Ahmad Danial, dan Prima Andhika Irawati.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, menuturkan dalam pertemuan tersebut manajemen BATA mengakui pabriknya ditutup karena tengah melakukan efisiensi, melihat tren pasar yang cepat, dan bervariasi.
Oleh karena itu, Perseroan akan fokus kepada pengembangan produk dan desain guna memenuhi selera pasar. Hal ini merupakan langkah yang dipilih BATA guna menghadapi persaingan industri sepatu di dalam negeri.
“Perusahaan berpendapat, fokus pada bisnis retail penting untuk dilakukan dalam rangka mengembalikan kinerja bisnis dan penjualan yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan,” kata dia lewat keterangan resmi yang dikutip Rabu (6/5).
Dari hasil dialog terungkap, penutupan faslitas produksi oleh manajemen sepatu Bata berkaitan dengan strategi bisnis yang dilakukan dalam rangka refocusing pada lini penjualannya (store).
Kendati demikian,BATA akan terus menjual produk yang masih bersumber pada produsen dalam negeri yang selama ini bekerja sama dengan mereka, seperti PT Prestasi Ide Jaya dan enam pabrik lainnya.
Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan, yang nantinya juga akan meningkatkan produksi di tujuh pabrik tersebut.