Bunga Utang Stabil, Sri Mulyani: 'Trust' Terhadap APBN Bisa Kita Jaga
Pemerintah baru tarik utang Rp71,1 triliun per April 2024.
Fortune Recap
- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bunga utang Indonesia turun menjadi 6,86 persen setelah sempat mencapai 10 persen.
- Yield SBN mengalami kenaikan 41 bps ytd, tetapi turun 33 bps mtd setelah gejolak politik Timur Tengah dan inflasi AS.
- Realisasi pembiayaan anggaran per 30 April mencapai Rp71,1 triliun, turun 68,3% dari tahun sebelumnya, dengan pembiayaan utang turun 51,2% dibandingkan tahun lalu.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bunga utang Indonesia masih relatif terjaga di tengah gejolak pada pasar keuangan domestik. Setelah sempat menyentuh 10 persen, yield SBN 10 tahun Indonesia kini mencapai 6,86 persen.
Sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd), yield SBN mengalami kenaikan 41 bps. Namun, pada April lalu, terjadi penurunan 33 bps secara bulanan (mtd) setelah mengalami kenaikan signifikan usai Lebaran akibat terdampak dinamika politik Timur Tengah serta inflasi Amerika Serikat.
"Kita lihat sesudah mengalami spike di atas 7 persen, sekarang sudah turun [menjadi] 6,8 persen. Sedangkan Fed Fund Rate masih steady di 5,5 persen. Untuk US Treasury, kita lihat mengalami sedikit penurunan di 4,4 persen. Kalau kita lihat, perbandingan antara yield Indonesia bond dengan UST masih relatif terjaga," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (28/5).
Menurut Sri Mulyani, turunnya tingkat bunga tersebut menunjukkan bahwa investor masih menaruh kepercayaan yang tinggi kepada pasar Indonesia. Hal ini memberikan keuntungan bagi pemerintah terutama untuk menerbitkan surat utang di tengah gejolak perekonomian global.
"Image dan track record Indonesia sudah cukup dikenal, sehingga mereka tidak mudah mengubah sentimennya. Ini hal yang bagus dan positif yang harus kita jaga," kata Sri Mulyani.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan bahwa realisasi pembiayaan anggaran per 30 April mencapai Rp71,1 triliun. Angka tersebut menurun 68,3 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp244,4 triliun.
Berdasarkan kuota pembiayaan Rp522,8 triliun yang ditetapkan dalam APBN 2024, realisasi pembiayaan anggaran baru mencapai 13,6 persen.
"APBN 2023 mengalami kenaikan karena memang defisitnya lebih tinggi tahun lalu. LKPP 2023 yang kita sampaikan ke BPK dan kemarin audited itu hanya Rp356,7 triliun," ujar Sri Mulyani.
Realisasi pembiayaan melalui utang mencapai Rp199,1 triliun atau 18,4 persen dari target APBN yang sebesar Rp648,1 triliun. Dibandingkan dengan realisasi tahun lalu, pembiayaan utang turun 51,2 persen.
Pembiayaan Utang Pemerintah dari SBN (neto) mencapai Rp128,6 triliun atau 19,3 persen dari target Rp666,4 triliun alias turun 46,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp240 triliun.
Sebaliknya, dalam hal pembiayaan non-utang, pemerintah justru mencatatkan pelunasan sehingga realisasinya mencapai -Rp48 triliun atau 38,3 persen dari target -Rp125,3 triliun. Dibandingkan tahun sebelumnya, angka tersebut naik 142,4 persen.
"Sampai dengan 30 April, Rp71,1 triliun total pembiayaan anggaran itu turun sangat-sangat tajam dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp224,4 triliun. Turunnya itu 68,3 persen. Situasi ini sebetulnya cukup menguntungkan kita," katanya.