MDKA Lunasi Pokok dan Bunga Utang Jatuh Tempo Rp1,10 Triliun
Dana pelunasan utang berasal dari penerbitan utang baru.
Fortune Recap
- PT MDKA melunasi utang Rp1,10 triliun dari Obligasi Berkelanjutan IV Tahap III 2023 seri A.
- Dana pelunasan berasal dari hasil penerbitan obligasi berkelanjutan IV MDKA tahap I-2024.
- MDKA mengembangkan enam aset penting untuk meningkatkan pendapatan di masa depan, termasuk smelter RKEF dan HPAL.
Jakarta, FORTUNE - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) merogoh Rp1,10 triliun untuk melunasi pokok dan bunga utang dari Obligasi Berkelanjutan IV Tahap III 2023 seri A.
Pelunasan tersebut dilakukan pada 11 Agustus 2024 dengan perincian pokok obligasi sebesar Rp1,08 triliun dan bunga keempat obligasi sebesar Rp19,72 miliar.
Sementara sumber pendanaan yang digunakan untuk melunasi pokok dan pembayaran bunga keempat obligasi tersebut berasal dari dana hasil penerbitan obligasi berkelanjutan IV MDKA tahap I-2024.
"Tujuan dilaksanakannya transaksi tersebut adalah agar perseroan dapat melakukan pelunasan pokok serta pembayaran bunga keempat dari obligasi yang telah jatuh tempo tersebut," tulis Corporate Secretary MDKA, Adi Ardiansyah Sjoekri, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa (13/8).
Sebelumnya, MDKA telah menyetor dana kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (agen pembayaran yang telah ditunjuk oleh perseroan) pada 8 Agustus 2024 yang akan dibayarkan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia kepada para pemegang obligasi pada 12 Agustus 2024.
Pelunasan pokok serta pembayaran bunga keempat dari obligasi tersebut dimaksud dalam kategori informasi atau fakta material berdasarkan pasal 6 butir (m) Peraturan OJK 31/2015.
"Selanjutnya tidak ada dampak material lain atas pelunasan pokok dan bunga keempat obligasi terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan," jelasnya.
Saat ini MDKA mengembangkan enam aset penting yang dapat mendorong pertumbuhan pendapatan di masa depan.
Tiga di antaranya merupakan aset produksi (production assets), yakni Merdeka Battery Materials (MBMA), Tambang Emas Tujuh Bukit, dan Tambang Tembaga Wetar; serta tiga lainnya merupakan aset pertumbuhan (growth asset) yakni Proyek Tembaga Tujuh Bukit, Acid Iron Metal (AIM) dan Tambang Emas Pani.
Kenaikan pendapatan dari segmen operasi nikel sendiri didorong oleh beroperasinya tiga smelter RKEF MBMA hingga akhir tahun lalu. Smelter RKEF pertama dan kedua yang dibangun oleh Tsingshan Grup dan beroperasi di bawah bendera PT Cahaya Smelter Indonesia (CSID) dan PT Bukit Smelter Indonesia (BSID) telah memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dari bijih saprolit sejak awal 2020.
Dalam setahun, keduanya mampu menghasilkan masing-masing 19.000 ton nikel dalam NPI per tahun.Kemudian, pada akhir 2023, MBMA resmi mengoperasikan smelter ketiganya di bawah bendera PT Zhao Hui Nickel (ZHN), dengan kapasitas terpasang 50.000 ton nikel dalam NPI per tahun.
Smelter HPAL yang nantinya akan berada di bawah MBMA, dan akan bekapasitas 30.000 ton nikel dalam MHP per tahun, ditargetkan bisa beroperasi dalam dua tahap dengan sistem turn-key, yang komisioning tahap pertama dan keduanya masing-masing pada pertengahan 2024-2025.