PTBA Kemas Laba Rp2,03 Triliun pada Semester I-2024, Turun 26,76%
Fluktuasi harga batu bara global jadi tantangan perseroan.
Fortune Recap
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat laba bersih Rp2,03 triliun pada semester I-2024, turun 26,76 persen dari tahun sebelumnya.
- Total penjualan batu bara PTBA meningkat 15 persen secara tahunan, dengan ekspor naik 20 persen dan realisasi domestic market obligation tumbuh 12 persen.
- Manajemen PTBA fokus pada koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar, serta terus berupaya memaksimalkan potensi pasar dalam negeri dan peluang ekspor.
Jakarta, FORTUNE - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih Rp2,03 triliun sepanjang semester I-2024 atau turun 26,76 persen dari periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang mencapai Rp2,77 triliun.
Pencapaian laba bersih didukung oleh peningkatan kinerja operasional perseroan sepanjang paruh pertama 2024.
Total penjualan Batu Bara PTBA pada Januari–Juni tahun ini mencapai 20,05 juta ton, meningkat 15 persen secara tahunan (yoy). Ekspor batu bara PTBA pada periode ini mencapai 8,48 juta ton atau naik 20 persen yoy dibandingkan dengan semester I-2023 sebesar 7,10 juta ton.
Sementara realisasi domestic market obligation (DMO) mencapai 11,57 juta ton, tumbuh 12 persen dibandingkan dengan periode sama 2023 yang sebesar 10,33 juta ton.
Pada semester yang sama, produksi batu bara PTBA mencapai 18,76 juta ton dan realisasi angkutan dengan kereta api 17,33 juta ton.
Manajemen PTBA dalam keterangan resminya menyatakan bahwa tantangan utama perseroan pada tahun ini adalah koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar.
Rata-rata indeks harga batu bara ICI-3 terkoreksi sekitar 19 persen secara tahunan dari US$93,49 per ton pada semester I-2023 menjadi US$75,89 per ton pada semester I-2024.
Sementara itu, rata-rata indeks harga batu bara Newcastle terkoreksi 36 persen secara tahunan menjadi US$130,66 per ton, dari US$ 204,27 per ton pada semester I-2023.
"Karena itu, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja baik. Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal," demikian manajemen PTBA dalam keterangannya yang dimuat pada kanal keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (5/8).
Perusahaan tersebut pun berharap pembentukan Mitra Instansi Pengelola (MIP) batu bara dapat segera terealisasi dan berdampak baik bagi kinerja keuangan PTBA.
Proyek Hilirisasi dan EBT
Dalam kesempatan sama, manajemen PTBA juga menyampaikan bahwa proyek hilirisasi batu bara tetap berjalan. Perusahaan telah menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk memulai pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai lithium-ion (Li-ion).
Peluncuran perdana pilot project tersebut—yang merupakan pertama di dunia—telah berlangsung di Kawasan Industri Tanjung Enim pada 15 Juli 2024.
Dalam pengembangan transisi energi, PTBA telah membangun PLTS di Bandara Soekarno-Hatta via kerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero), yang telah beroperasi penuh sejak Oktober 2020.
PLTS tersebut berkapasitas maksimal 241 kilowatt-peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC).
Selain dengan Angkasa Pura II, PTBA juga bekerja sama dengan Jasa Marga Group untuk pengembangan PLTS di jalan-jalan tol.
PLTS berkapasitas 400 kWp di Jalan Tol Bali-Mandara telah selesai dibangun dan diresmikan pada 21 September 2022.
Perusahaan pun bekerja sama dengan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dalam pembangunan PLTS berkapasitas 23,07 kWp yang mencapai tahap COD pada Juni 2023.
PTBA saat ini juga tengah mendalami peluang pengembangan EBT berbasis hidrogen, baik untuk kebutuhan sendiri maupun mendukung penguatan kebutuhan kemitraan dalam sistem rantai bisnis transportasi dan produksinya pada tahun-tahun mendatang.