Prospek Saham BBTN di Tengah Kenaikan PPN 2025
Outlook saham BBTN di tengah kenaikan PPN 12% tahun 2025
![Prospek Saham BBTN di Tengah Kenaikan PPN 2025](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fimage.fortuneidn.com%2Fpost%2F20240522%2Fwhatsapp-image-2024-05-22-at-163305-9fa58b753bcb97a82fbdb0a40f4a679b-7f63df2f44962d3c0ac41f37296b146c.jpeg%3Fwidth%3D990%26height%3D660%26format%3Davif&w=2048&q=75)
Fortune Recap
- Kebijakan PPN naik dari 11% menjadi 12% untuk meningkatkan pendapatan negara dan berdampak pada sektor ekonomi, termasuk perbankan dan properti.
- BBTN mengalami penurunan laba bersih sebesar 10% YoY pada kuartal III 2024, dipengaruhi oleh beban bunga yang meningkat.
- BBTN berencana membagikan dividen dengan payout ratio antara 20-25% dari laba bersih tahun buku 2024.
Jakarta, FORTUNE - Pemerintah resmi menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen. Kebijakan ini untuk meningkatkan pendapatan negara dan berpotensi memberikan dampak luas pada berbagai sektor ekonomi, termasuk Perbankan dan properti.
Sebagai salah satu bank yang berfokus pada pembiayaan perumahan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dihadapkan pada tantangan dan peluang akibat kebijakan baru ini. Dengan layanan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), BBTN memiliki eksposur signifikan terhadap perubahan kebijakan fiskal dan perpajakan.
Kenaikan PPN mempengaruhi daya beli masyarakat, harga properti, serta permintaan KPR yang menjadi tulang punggung bisnis BBTN. Oleh karena itu, para investor perlu mencermati dampak kebijakan ini terhadap kinerja keuangan dan prospek Saham BBTN di masa mendatang.
Profil Perusahaan
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memiliki sejarah panjang dalam industri perbankan Indonesia. Bank ini pertama kali berdiri pada tahun 1897 dengan nama Postspaarbank di Batavia dan kemudian berganti nama menjadi Tyokin Kyoku pada tahun 1942.
Setelah Indonesia merdeka, bank ini diambil alih oleh pemerintah dan berubah menjadi Kantor Tabungan Pos sebelum akhirnya resmi dikenal sebagai Bank Tabungan Negara (BTN) sejak tahun 1963.
Sejak 1976, BTN mulai berperan sebagai bank yang berfokus pada pembiayaan perumahan, khususnya dalam penyaluran KPR. Bahkan hingga saat ini, BTN tetap menjadi salah satu bank utama dalam pembiayaan perumahan di Indonesia.
Pada 2009, BTN melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO). Per Januari 2025, kepemilikan saham BBTN masih didominasi oleh pemerintah dengan porsi 60 persen, sementara sisanya sebesar 39,76 persen dimiliki oleh publik.
Kinerja Keuangan Terbaru
Pada kuartal III 2024, BBTN membukukan laba bersih sebesar Rp2,08 triliun, mengalami penurunan 10 persen secara tahunan (YoY). Penurunan ini dipengaruhi oleh meningkatnya beban bunga yang terjadi sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2024.
BTN mencatat pendapatan bunga sebesar Rp22,36 triliun, meningkat 7,36 persen YoY dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp20 triliun. Beban bunga meningkat signifikan menjadi Rp13,47 triliun atau naik 26,05 persen YoY, menyebabkann pendapatan bunga bersih BTN turun menjadi Rp8,89 triliun, mengalami penurunan 12,34 persen YoY.
Di sisi penyaluran kredit, BBTN menyalurkan dana sebesar Rp356,06 triliun, naik 11,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp318,30 triliun. Hal ini mendorong peningkatan aset perseroan yang mencapai Rp455,10 triliun pada September 2024. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami kenaikan 14,5 persen YoY menjadi Rp370,75 triliun, dengan deposito menyumbang Rp181,76 triliun.
Namun, BBTN juga mengalami penurunan net interest margin (NIM) ke level 2,92 persen pada kuartal III 2024 dibandingkan dengan 3,76 persen di periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, bank ini berhasil menjaga kualitas kredit dengan rasio non-performing loan (NPL) gross sebesar 3,24 persen dan NPL net sebesar 1,57 persen, menunjukkan perbaikan dibandingkan periode sebelumnya.
Kebijakan Dividen
Sejak IPO, BBTN secara konsisten membagikan dividen kepada para pemegang saham. Namun, selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020 dan 2021, bank ini sempat menghentikan pembagian dividen. Untuk tahun buku 2024, BBTN berencana membagikan dividen dengan payout ratio antara 20-25 persen dari laba bersih.
Menurut Direktur Utama BTN, Nixon L.P Napitupulu, kebijakan dividen ini mempertimbangkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). Jika bank membutuhkan lebih banyak modal untuk ekspansi kredit atau kepentingan lain, maka dividen payout ratio cenderung berada pada kisaran 20 persen.
Tahun ini, BBTN berencana menebar dividen senilai Rp700,19 miliar atau Rp49,9 per saham, sementara 80 persen laba bersih atau sekitar Rp2,8 triliun akan dialokasikan sebagai saldo ditahan untuk pengembangan bisnis.
Prospek Saham BTN
Meskipun kenaikan PPN menjadi 12 persen diperkirakan berdampak pada sektor properti dan perbankan, prospek saham BBTN masih terlihat menjanjikan di 2025. Beberapa faktor utama yang dapat mendukung kinerja BTN ke depan antara lain:
1. Penurunan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan memangkas suku bunga, yang dapat mengurangi biaya dana bagi BTN dan meningkatkan profitabilitas bank.
2. Peningkatan Kredit Properti
Permintaan kredit di sektor properti diproyeksikan tetap kuat, terutama dengan adanya berbagai insentif bagi sektor perumahan.
3. Strategi Ekspansi dan Transformasi Digital
BTN terus berupaya meningkatkan proporsi dana murah dengan target mencapai lebih dari 54 persen pada tahun 2025. Selain itu, bank ini memperbanyak digitalisasi kantor cabang menjadi digital store untuk meningkatkan efisiensi dan modernisasi layanan perbankan.
4. Penguatan Mesin Tabungan
BTN juga tengah berfokus pada penguatan mesin tabungan agar lebih berkelanjutan.
Dampak kenaikan PPN terhadap harga properti dan daya beli masyarakat memang menjadi perhatian utama. Pajak yang lebih tinggi berpotensi meningkatkan biaya konstruksi dan harga rumah, yang dapat memengaruhi permintaan KPR.
Namun, BTN dapat mengantisipasi tantangan ini dengan meningkatkan efisiensi operasional, memperluas digitalisasi layanan, serta mengoptimalkan strategi penghimpunan dana murah. Dengan strategi yang tepat, efisiensi operasional yang lebih baik, dan dukungan dari kebijakan moneter yang lebih longgar, saham BBTN masih memiliki potensi pertumbuhan yang positif di tahun 2025.