2024, BEI Bidik 50 Pengguna jasa IDX Carbon Baru
Di akhir 2024, BEI target pengguna jasa IDX Carbon jadi 96.
Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 50 pengguna jasa baru di bursa karbon atau IDX Carbon sepanjang 2024.
Dengan begitu, menurut Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, Jeffrey Hendrik, di akhir tahun ini, IDX Carbon akan memiliki 96 pengguna jasa.
"Terkait bursa karbon, sampai saat ini sudah ada 48 pengguna jasa, dari 15 pengguna jasa pada saat kita rilis di 26 September 2023," kata Jeffrey di Gedung BEI, Senin (19/2), sebagaimana dilansir dari Antara.
Adapun per Senin ini, IDX Carbon membukukan ada dua proyek tercatat dengan total volume unit karbon 1.584.943 tCO2. Harga karbon di akhir perdagangan hari ini adlah Rp58.800 per unit karbon.
Lebih lanjut, unit karbon yang ada dalam suplai saat ini mencapai 1.113.100 tCO2. Yang mana 471.843 tCO2 di antaranya telah ditawarkan di pasar reguler dan 179.266 tCO2 berstatus retired.
Langkah kejar target
Guna mencapai target jumlah pengguna baru bursa karbon di 2024, BEI akan melanjutkan diskusi dan sosialisasi ke ekosistem. Khususnya, para emiten atau perusahaan terbuka di bursa efek. Apalagi, para emiten pun kini mulai menyiapkan peta jalan ke arah niremisi. Hal itu berkaitan dengan indikator ESG (Enviroment, Social, Governance) yang sekarang menjadi perhatian investor asing, di luar kinerja keuangan perusahaan.
"Ekosistem terdekat adalah para emiten, yang akan kami ajak diskusi untuk mengantisipasi memanfaatkan keberadaan bursa karbon untuk mendukung strategi mereka menuju Net Zero Emission," kata Jeffrey lagi.
Baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupaun swasta juga akan menjadi objek sosialisasi dan diskusi BEI. Asalkan, pihak terkait dapat mengikuti syarat untuk menjadi pengguna bursa karbon.
"PIhak-pihak yang memenuhi persyaratan akan kami undang untuk bisa jadi pengguna," imbuhnya.
Selain sosialisasi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi sebelumnya menyoroti opsi implementasi sistem penghargaan dan sanksi yang bisa membangun ekosistem penopang pengembangan bursa karbon.
"Misalnya, lewat bursa karbon dan batas atas emisi industri," kata Inarno.