Boikot McDonald's: Efek ke Penjualan dan Saham MCD Global
Boikot pengaruhi penjualan MCD, termasuk di pasar Indonesia.
Fortune Recap
- Saham McDonald's Corp (MCD) turun 6,03% ke harga US$279,14 pada 2024 karena potensi penurunan penjualan di pasar internasional.
- Penjualan MCD di AS dan IOM hanya tumbuh 3-4%, sedangkan di segmen IDL terdampak boikot karena isu Israel-Palestina.
- MCD menganggarkan belanja modal US$3,5 miliar untuk membuka lebih dari 2.100 restoran global, termasuk akuisisi saham MCD Cina.
Jakarta, FORTUNE - Saham McDonald's Corp (MCD) telah tertekan 6,03 persen ke harga US$279,14 sepanjang perdagangan 2024. Mengapa demikian?
Selama tahun ini, saham MCD bergerak fluktuatif, dengan tren penurunan signifikan pada pekan lalu.
Misal, pada Kamis (14/3) waktu New York, MCD melemah 3,37 persen ke harga US$284,36, mendekati rekor kerugian harian terbesar selama lima pekan belakangan. Akibatnya, perusahaan merugi senilai US$6,87 miliar dari segi valuasi, sebagaimana dilansir dari Jordan News.
Pelemahan itu terjadi setelah CFO McDonald's Ian Borden menyoroti potensi penurunan penjualan di pasar internasional pada awal 2024. Penyebabnya dua: Boikot terhadap produk MCD karena dukungannya terhadap IOF (Israel Occupation Force) dan lemahnya permintaan di Cina.
"Penjualan kuartal I 2024 di pasar pengembangan internasional berlisensi McDonald's (International Developmental Licensees & Corporate/IDL) diperkirakan akan sedikit lebih rendah dari kuartal sebelumnya," kata Borden dalam Konferensi Konsumen dan Ritel Global, dikutip Senin.
Untuk 2024 ini saja, MCD memproyeksikan penjualan hanya akan bertumbuh di rentang 3 persen--4 persen di segmen Amerika Serikat (AS) dan International Operated Market (IOM).
"Untuk segmen IDL, kami tak mengharapkan adanya pemulihan berarti sampai ada resolusi di Timur Tengah," ujar CEO MCD, Chris Kempczinski dalam pengumuman kinerja tahunan pada Februari lalu.
Selain karena masalah boikot, ada sentimen lain yang membuat MCD membidik target moderat pada 2024, yakni: kekhawatiran terhadap inflasi dan peluang menurunnya tabungan karena pandemi, sehingga banyak konsumen mengurangi belanja makanan cepat saji. Khususnya konsumen dengan pendapatan rendah
"Beberapa dari konsumen itu memilih untuk lebih sering makan di rumah," ujar Borden, dilansir dari The Wall Street Journal.
Boikot McDonald's: dampak nyata di Timur Tengah, Indonesia, dan Malaysia
Pada 2023 sendiri, penjualan MCD memang bertumbuh 3,4 persen. Tapi, itu tak memenuhi ekspektasi pertumbuhan dari para analis Wall Street, yakni 4,8 persen. Di segmen AS, penjualannya hanya naik 4,3 persen, di bawah harapan Wall Street: 4,5 persen.
Capaian itu jauh berbeda dengan kuartal III 2023, yang mana penjualan MCD secara keseluruhan tumbuh 8,8 persen, melampaui ekspektasi para analis.
Di segmen pasar yang dioperasikan secara internasional (IOM), same store sales MCD hanya berhasil naik 4,4 persen pada kuartal IV 2023. Itu jauh dari capaian di periode serupa pada 2022, yakni 12,6 persen.
Yang lebih parah, di segmen IDL seperti Asia dan Amerika Latin, same-store sales MCD cuma bertumbuh 0,7 persen pada kuartal IV 2023, anjlok dari pertumbuhan sebeesar 16,5 persen pada kuartal IV 2022. Inilah segmen yang paling terdampak oleh boikot.
Chris Kempczinski tak menyangkal bahwa boikot karena isu Israel-Palestina telah memukul penjualan McDonald's di sejumlah pasar, termasuk Indonesia.
"Dampak paling nyata yang kami lihat, terjadi di Timur Tengah dan negara-negara [dengan mayoritas] muslim seperti Indonesia dan Malaysia," kata Kempczinski.
Rencana MCD di 2024
MCD menganggarkan belanja modal di kisaran US$3,5 miliar sampai US$2,7 miliar pada 2024. Perusahaan akan menggunakan lebih dari 50 persen untuk pembukaan unit baru di segmen AS dan IOM.
Secara global, MCD berniat membuka lebih dari 2.100 restoran, yang meliputi: 500 di AS dan IOM. DI segmen IDL, MCD berencana menambah lebih dari 1.600 restoran. Itu termasuk 1.000 outlet di Cina.
Di Cina, MCD baru merampungkan akuisisi atas 28 persen saham milik lembaga investasi global Carlyle. Dus, kini MCD menguasai 48 persen saham MCD Cina, pasar terbesar kedua dengan pertumbuhan tercepatnya.
Borden berujar, "Kami mengantisipasi margin operasi sebesar 40 persen pada tingkat menengah hingga tinggi pada 2024, yang terutama didorong oleh pertumbuhan pendapatan dan kinerja margin waralaba."