Didukung Rights Issue, Ini Niat Ekspansi Masif Alfamidi 2023
Induk Alfamidi ambisius memperluas jaringan.
Jakarta, FORTUNE – Pengelola jaringan Alfamidi dan Lawson, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) berniat berekspansi masif pada 2023, menyusul dua rencana aksi korporasinya, yakni stock split dan rights issue.
Mengutip prospektus, MIDI akan menerbitkan saham baru maksimal 4,61 miliar saham biasa bernilai nominal Rp10 per lembar dalam gelaran rights issue, seiring dengan rencana pemecahan nilai nominal saham pada 11 Januari 2023 berasio 1:10 pada Maret 2023. Pemecahan nilai nominal atau stock split bertujuan meningkatkan likuiditas saham di pasar, sebab induk Alfamart—PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)—tidak akan memakai haknya.
Dana hasil rights issue itu akan digunakan sebagai modal kerja dan biaya ekspansi kegiatan usaha dan entitas anak. Itu termasuk—tapi tidak terbatas pada—pengembangan gerai.
Pada Senin (13/2), saham MIDI tercatat menguat 0,48 persen ke harga Rp4.190 per 10.38 WIB. Selama sepekan terakhir, harganya pun sudah naik 3,97 persen.
Berbasis proyeksi pada 2023, BRI Danareksa Sekuritas menilai, saham MIDI menawarkan kelipatan price to earning (PE) sebesar 29 kali. Sebagai pembanding, PE AMRT diproyeksikan mencapai 36,8 kali tahun ini.
Rencana ekspansi masif induk Alfamidi-Lawson dan biayanya
Adapun, MIDI telah mengantongi profitabilitas lebih tinggi berkat bauran produk yang lebih baik. Dus, pada 2023, perseroan berniat membuka 200 gerai baru Alfamidi dan 500 gerai Lawson, yang terdiri dari 50 persen gerai mandiri dan 50 persen gerai shop-in-shop. Perseroan pun bakal mencari mitra strategis potensial karena perjanjian waralaba master dengan Lawson Jepang masih berlaku samapi 2036.
Adapun, menurut analisis BRI Danareksa Sekuritas, rights issue MIDI bertarget minimal Rp10 triliun itu akan menyokong ekspansi masif MIDI, yang meliputi: 700 outlet serta 3 fasilitas gudang baru di Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara. Ekspansi Alfamidi lebih berfokus ke area di luar Jawa, sedangkan Lawson di dalam pulau itu.
Secara rata-rata, BRI Danareksa Sekuritas mencatat rata-rata belanja modal MIDI mencapai Rp3 miliar per outler Alfamidi, Rp1 miliar sampai Rp2 miliar per outlet untuk gerai mandiri Lawson, Rp500 juta untuk gerai shop-in-shop Lawson, dan Rp100 miliar per fasilitas untuk pembangunan gudang.
Per 9 bulan pertama 2022, margin kotor, operasional, dan bersih MIDI masing0masing mencapai 25,4 persen; 4,2 persen; dan 2,7 persen. “Tahun ini, MIDI menetapkan panduan pertumbuhan topline 8-10 persen mengingat pertumbuhan CAGR selama 5 tahun mencapai 8,6 persen dengan prospek margin stabil. Dalam pandangan kami, itu mengurangi risiko penurunan,” tulis BRI Danareksa Sekuritas.
Target segmen induk Alfamidi dan pengelola Lawson di Indonesia
MIDI sendiri membidik segmentasi minimarket berarea lebih luas dari Alfamart dan Indomaret, dengan luas 200-400 meter persegi per outlet. Gerai ritel itu juga menawarkan produk segar seperti sayuran dan buah-buahan.
Per akhir September 2022, induk Alfamidi dan Lawson di Indonesia itu memiliki 2.094 gerai Alfamidi, 39 gerai Alfamidi Super, 107 Lawson, dan 9 gerai Midi Fresh.
Adapun, Alfamidi Super merupakan pesaing langsung Superindo dari segi SKU. Yang membedakan, Alfamidi Super tak menawarkan produk atau makanan laut. Lalu, Lawson sendiri sudah berdivestasi sehingga menjadi anak perusahaan terpisah per kuartal IV 2018, sehingga membuat rencana ekspansi lebih fleksibel. Sementara itu, Midi Fresh merupakan gerai berukuran 30-60 meter persegi di gedung perkantoran, rumah sakit, atau apartemen.