Harga CPO Naik 3,4% Usai Terperosok ke Level Terendah Bulan Ini
Pekan lalu, harga CPO amblas 16% akibat faktor produksi.
Jakarta, FORTUNE - Harga CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah kelmbali menguat tipis, Senin (21/3), setelah merosot 16 persen secara point-to-point ke level MYR 5.629 per ton pada akhir perdagangan pekan lalu.
Mengutip tradingeconomics.com, harga CPO pada pukul 11.32 WIB menguat 3,45 persen ke level MYR 5.827 per ton. Sebelumnya, harga komoditas ini sempat naik 2,5 persen pada pukul 09.45 WIB, mencapai MYR 5.770 per ton.
Penguatan tipis pada sesi perdagangan pagi ini terjadi setelah harga minyak sawit berjangka Malaysia tergelincir ke level terendah dalam sebulan ini, menyentuh MYR 5.700 per ton.
Padahal, sebelumnya harga CPO sudah melambung dengan level tertinggi mencapai MYR 7.074 per ton pada 9 Maret 2022. Harga CPO yang naik drastis sejak akhir 2021 dan berlanjut hingga awal tahun ini karena faktor cuaca di Indonesia, penghasil CPO terbesar dunia dan berkurangnya pasokan akibat berkurangnya tingkat produksi Malaysia—negara kedua terbesar produsen minyak sawit.
Lantas, apa yang menyebabkan harga komoditas itu tergelincir?
Penyebab harga CPO tergelincir
Analis memperkirakan, ada sejumlah faktor yang melatari jatuhnya harga CPO pekan lalu.
Pertama, karena Indonesia menghapus pembatasan ekspor produk minyak sawit. Sebaga produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia juga meningkatkan pungutan ekspor alih-alih mewajibkan produsen menjual 30 persen dari jatah ekspornya ke pasar domestik.
Harga CPO juga sempat terktekan karena laporan kondisi bearish dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB). Ditambah dengan kecemasan pasar tentang permintaan di tengah kebijakan pembatasan Covid-19 di Cina.
MPOB menyebut, persediaan minyak sawit pada akhir Februari lebih kecil dari ekspektasi pasar. Sementara ekspor turun lebih dari 5 persen menjadi 1,1 juta ton. Kemudian, tingkat produksi malah anjlok 9,3 persen menjadi 1,14 juta ton akibat kekurangan tenaga kerja dan banjir.
Selain itu, akhir pekan lalu investor juga melakukan aksi profit taking ketika harga CPO mulai meninggi. Itu menekan harga minyak mentah lebih dari 4 persen sepanjang pekan, sehingga laju minyak sawit juga terpengaruh.
Proyeksi harga CPO ke depan dan masalah industri
Analis Trading Economics memproyeksikan harga CPO akan menyentuh level MYR 4.463,49 per metrik ton pada akhir kuartal pertama 2022. Asumsi ini berdasarkan model makro global dan ekspektasi mereka.
“Ke depan, kami memperkirakan minyak sawit diperdagangkan di level 5.364,59 dalam waktu 12 bulan,” ujar analis Trading Economis dalam risetnya.
Sebagai informasi, produksi CPO Malaysia selama 1–20 Maret terpantau menurun 8,4 persen dari 825.193 ton menjadi 755.977 ton. Penyebabnya, tak lain karena kurangnya tenaga kerja asing perkebunan yang diperkirakan baru akan datang per awal April.
Guna mengatasi problem itu, industri sudah mulai mengimplementasikan berbagai teknologi tepat guna. Profesor Universitas UCSI, Ahmad Ibrahim memandang, teknologi dapat menjadi jalan keluar untuk menekan krisis tenaga kerja.
Akan tetapi, laporan The Straits Times menyebut, upaya mekanisasi operasional di industri sawit negeri tetangga belum juga rampung.