Konsumsi Cina Melambat, Harum Energy Jajaki Ekspor ke Pasar Alternatif
India dan Eropa memiliki prospek permintaan batu bara.
Jakarta, FORTUNE - PT Harum Energy Tbk (HRUM) menjajaki peluang ekspansi ekspor batu bara ke pasar baru. Hal itu salah satunya dipicu oleh perlambatan konsumsi permintaan Cina yang mengakibatkan pengiriman ke negara tersebut lebih rendah.
Salah satu pasar potensial yang menarik dimasuki yakni India, di tengah krisis energi yang sedang dihadapi negara itu.
“Pada kuartal pertama 2022, penjualan batu bara memang mengalami perlambatan ke pasar Cina, sehingga membuka peluang ke pasar lain, yakni India,” kata Direktur Utama Harum Energy, Ray A. Gunara melalui paparan publik daring, Senin (6/6).
Menurutnya, beberapa tahun terakhir perusahaan tak mengekspor batu bara ke India dikarenakan ada negara yang lebih potensial. Namun, ke depan, HRUM akan meninjau peluang ekspor ke negara di Asia Selatan tersebut dan pasar potensial lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar Cina.
Apalagi, Negeri Panda dipekirakan masih akan mengalami perlambatan dua sampai tiga bulan ke depan.
Pasar ekspor baru HRUM
Di luar India, HRUM juga debut ekspor di pasar Eropa, yakni Beland meskipun terdapat tantangan dari segi kualitas produk perseroan.
Hingga awal 2022, volume penjualan batu bara HRUM berdasarkan segmentasi pasar masih didominasi oleh Cina (55 persen). Lalu diikuti oleh Jepang (20 persen), Belanda (9 persen) serta India dan India (masing-masing 8 persen).
Ke depan, peseroan berencana memperdalam penetrasi di pasar Eropa dengan catatan mampu menaklukkan tantangan berupa keterbatasan kualitas batu bara yang diproduksi.
“Spesifikasi (batu bara) yang pelanggan Eropa inginkan mayoritas tak HRUM miliki, sehingga memang peluang tetap ada, tapi terbatas,” ujar Ray.
Kinerja bisnis HRUM di awal 2022
Selain bisa menembus pasar ekspor baru, HRUM juga diuntungkan oleh kenaikan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) di awal tahun. Perseroan membukukan pertumbuhan ASP 31,6 persen (QoQ) lebih tinggi, dari US$128,0/ton ke US$168,4/ton. Bahkan, secara tahunan, ASP itu meroket 158,8 persen dari US$65,1/ton.
Berkat kombinasi kenaikan ASP dan tumbuhnya volume penjualan, pendapatan HRUM pun terkerek naik 16,5 persen (QoQ) dari US$130,6 juta menjadi US$152,2 juta. Pertumbuhan tahunan pendapatannya bahkan mencapai 166,6 persen.
Adapun, HRUM berhasil mencatatkan volume penjualan 900 ribu ton pada kuartal pertama 2022. Itu tumbuh 7,7 persen (YoY), tapi menurun 10,6 persen (QoQ). Penurunan kuartalan terjadi akibat aturan pelarangan ekspor pada Januari lalu.