Inflasi Eropa Cetak Rekor Baru Sepanjang Masa, Apa Penyebabnya?
Inflasi Eropa pada Maret capai level 7,5%.
Jakarta, FORTUNE - Inflasi di Eropa naik ke level tertinggi sepanjang masa, yakni 7,5 persen; sekaligus menandai rekor inflasi baru. Tingginya inflasi di Benua Biru ini disebabkan oleh sejumlah faktor, buntut perang antara Rusia dan Ukraina.
Konflik Rusia-Ukraina telah mendongkrak biaya energi global sehingga mengakibatkan kenaikan bobot inflasi Eropa. Badan Statistik Uni Eropa—Eurostat— mencatat pada Maret 2022 harga energi meroket 44,7 persen, lebih tinggi dibandingkan pada bulan sebelumnya (Februari) sebesar 32 persen.
Di sisi lain, banyaknya sanksi yang dijatuhkan negera Eropa terhadap Rusia terkait invasinya ke Ukraina pada Februari telah melahirkan kekhawatiran ihwa gangguan pasokan energi dunia.
Konsumen pun tertekan, inflasi naik dari 5,9 persen ke 7,5 persen pada Maret 2022. Untuk kelima kalinya, Uni Eropa membukukan rekor kenaikan inflasi baru.
Penyebab lain di balik lonjakan inflasi Eropa
Selain karena kenaikan harga komoditas, bahan bakar, dan energi, fase ekspansi ekonomi Eropa pun mulai goyah. Penyebabnya dua: pelemahan konsumsi dan hancurnya kepercayaan dan investasi bagi investor.
Semakin lama perang, maka ketidakpastian global makin menguat. “Padahal kita baru saja memulai fase pemulihan ekonomi terlihat secara global,” ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus dalam risetnya, Senin (4/4).
Ia menambahkan, inflasi Eropa yang didominasi oleh biaya energi memgakibatkan tagihan dalam rumah tangga melonjak 35%. Bahkan masih berpotensi kembali meningkat sebesar 30% dalam beberapa bulan ke depan di tengah lonjakan kenaikkan harga gas alam. Biaya bahan bakar juga naik 15 persen pada Maret.
"Sehingga kami melihat kontribusi biaya energi terhadap inflasi akan mencapai 4.3 ppts di bulan Maret dan terus meningkat hingga bulan Agustus," katanya.
Potensi kenaikan tingkat suku bunga acuan Eropa
Sejalan dengan naiknya inflasi, Bank Sentral Eropa disinyalir bakal mengambil sikap dengan menaikkan suku bunga acuan setelah hampir delapan tahun berada di level negatif demi mengontrol situasi. Setidaknya, Spanyol dan Jerman mulai berspekulasi tentang itu.
Nico menyebut, Presiden Bundesbank, Joachim Nagel juga telah memberi sinyal mengatasi lonjakan inflasi Eropa. Para pemangku kebijakan Bank Sentral Eropa harus cepat mengatasi fenomena itu.
“Wakil Presiden Bank Sentral Eropa sendiri melihat, inflasi akan bergerak 2–3x lipat lebih cepat dalam kurun waktu 1–2 bulan mendatang,” jelasnya.
Nico berharap Bank Sentral Eropa tak terlambat mengambil langkah, guna mencegah inflasi yang tidak terkendali ke depannya. Ia memproyeksi bank sentral bakal meningkatkan suku bunga acuan pada kuartal kedua 2022.