Jika Sri Mulyani Jadi Menkeu Lagi, Ini Dampak ke Pasar Modal
Sri Mulyani dipanggil oleh Prabowo pada awal pekan ini.
Fortune Recap
- Sri Mulyani diharapkan akan melanjutkan perannya sebagai Menteri Keuangan RI di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran.
- Keputusan tersebut berpotensi memberikan sentimen positif bagi pasar saham, terutama bagi investor asing yang tertarik pada Surat Berharga Negara (SBN).
- Proyeksi aliran dana asing ke Indonesia meningkat, dipengaruhi oleh kepercayaan investor terhadap Sri Mulyani dan stabilitas kebijakan fiskal serta moneter BI.
Jakarta, FORTUNE - Sri Mulyani Indrawati digadang-gadang akan melanjutkan peran sebagai Menteri Keuangan RI di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Bagaimana dampaknya terhadap pasar saham?
Sebelumnya, Sri Mulyani dipanggil oleh Prabowo ke Kertanegara pada Senin (14/10). Hal itu menimbulkan dugaan bahwa ia akan menjadi menteri keuangan lagi. Apabila hal itu benar terjadi, maka akan ada sentimen positif bagi pasar.
"Menurut saya memang justru sangat positf terutama bagi investor di SBN (Surat Berharga Negara), jadi investor asing kalau mau membeli SBN tentu saja melihat ya siapa sosok bendahara negaranya," jelas Chief Economist and Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI), Rully Arya Wisnubroto pada Kamis (17/10).
Adapun, pada kuartal III 2024, aliran dana asing yang masuk (inflow) ke Indonesia melalui ekuitas dan obligasi pemerintah terhitung masif, mencapai Rp128 triliun. Sebelumnya, pasar mencatatkan aliran dana keluar (outflow) mencapai Rp5,7 triliun pada kuartal I dan Rp39 triliun pada kuartal II.
Lebih lanjut, sebelumnya, ia menyoroti kekhawatiran pasar jika menteri keuangan diganti di bawah pemerintahan baru. Utamanya mengenai transparansi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) selama dipimpin oleh Sri Mulyani. Itu terefleksi dari perkembangan informasi mengenai kondisi APBN.
"Jika Sri Mulyani terpilih lagi, itu karena memang kredibilitasnya cukup baik, sekarang juga kan statusnya the best finance minister in the world, belum ada kayaknya dari Indonesia [yang seperti itu], sangat sulit untuk mencari yang seperti itu," kata Rully lagi.
Selain itu, kepercayaan investor pun akan ditopang oleh katalis yang datang dari tidak berubahnya jabatan Gubernur Bank Indonesia (BI) dan Deputi Gubernur Senior BI. Dus, kebijakan fiskal ataupun moneter diproyeksikan akan masih sama selama 4 sampai dengan 5 tahun ke depan.
Adapun, saat ini, MASI memproyeksikan masih ada ruang penurunan suku bunga lebih lanjut, setelah BI menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps pada September 2024. MASI mengantisipasi BI akan memangkas suku bunga 25 bps lagi pada pertemuan selanjutnya.