Laba HMSP Tertekan 11% di Paruh I 2024, Ini 3 Penyebabnya
Downtrading, pelemahan daya beli, dan tarif cukai tinggi.
Fortune Recap
- Laba bersih HM Sampoerna Tbk turun 11,6% (YoY) menjadi Rp3,3 triliun di semester pertama 2024.
- Penjualan produk turun 3% (YoY) karena faktor ekonomi, downtrading, dan peningkatan rokok ilegal.
- Strategi HM Sampoerna untuk meningkatkan pangsa pasar termasuk fokus pada segmen SKM LT, SKM HT, SKT, dan IQOS.
Jakarta, FORTUNE - Laba bersih PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) tertekan 11,6 persen (YoY) sepanjang semester pertama 2024 menjadi sebesar Rp3,3 triliun.
Angka itu diraih seiring dengan kenaikan 3,0 persen (YoY) pada pendapatan bersih perseroan yang berjumlah Rp57,8 triliun selama enam bulan pertama tahun ini.
Dari segi volume, HMSP membukukan penjualan sebanyak 39,9 miliar unit produk, turun 3 persen (YoY).
Perseroan menjelaskan, penurunan kinerja itu terjadi karena sejumlah faktor yang mempengaruhi industri tembakau. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang stabil di tengah pelemahan daya beli. Pada kuartal I 2024, PDB hanya naik 5,1 persen (YoY), tak berbeda jauh dari periode yang sama pada 2023, yakni 5,0 persen (YoY). Di sisi lain, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) terus menurun sejak April sampai dengan Juni 2024.
Kedua, industri tembakau terdampak oleh downtrading. Yang mana, berdasarkan estimasi HMSP, pangsa pasar produk tembakau golongan 1 menurun jadi 56 persen (paruh I 2024) dari 61 persen (paruh I 2023). Itu kebalikan dari pangsa pasar produk tembakau di bawah golongan 1 yang naik dari 39 persen (paruh I 2023) menjadi 44 persen (paruh I 2024).
Secara geografis, ada tiga area yang mencatatkan pertumbuhan segmen di bawah golongan 1 lebih tinggi dari kenaikan nasional, yakni Sumatra Selatan, Jabodetabek, dan Indonesia Timur.
Ketiga, produk rokok ilegal diproyeksikan meningkat hampir 50 persen sejak 2020. Menurut Manajemen HMSP, penyebabnya adalah kenaikan tarif cukai sebanyak dua digit, jauh di atas inflasi. Selama 2023–2024 misalnya, inflasi bertumbuh 4 persen, sedangkan tarif cukai naik 11 persen.
Selain itu, menurut HMSP, katalis lain di balik merebaknya rokok ilegal adalah jarak tarif cukai yang melebar antara segmen golongan 1 dan di bawah golongan 1.
Dalam presentasi paparan publiknya, Manajemen HMSP memaparkan, tarif cukai SKM golongan 1 mencapai Rp1.231 per batang (2024), sedangkan yang di bawah golongan 1 hanya Rp746 per batang. Artinya, perbedaannya mencapai Rp485 per batang, naik 2,5 kali dibandingkan pada 2017 yang hanya Rp195 per batang.
Strategi HM Sampoerna dorong pertumbuhan kinerja
Guna mendorong pertumbuhan, HMSP menyiapkan sejumlah strategi, yakni: peningkatan pangsa pasar pada segmen golongan 1. Hal itu dilakukan dengan mempertahankan posisi sebagai pemimpin di segmen sigaret kretek mesin tar rendah (SKM LT) dan sigaret putih mesin (SPM).
Selain itu, perseroan pun berupaya mendorong pertumbuhan di segmen sigaret kretek mesin tar tinggi (SKM (HT) dan portofolio sigaret kretek tangan (SKT) yang padat karya.
Itu bagian dari taktik untuk memperkuat portofolio multikategori yang solid di seluruh segmen, bersamaan dengan usaha menggenjot pertumbuhan produk bebas asap, IQOS. Sampai akhir Juni 2024, perseroan sudah memperluas komersialisasi ke target area di sejumlah kota, hingga pangsa pasarnya naik menjadi 4,5 persen pada kuartal II 2024. Saat ini, IQOS memiliki lebih dari 150.000 pengguna dewasa.
Selain bekerja sama dengan ratusan pengusaha lokal, HMSP juga menjangkau pasar melalui teknologi digital.