Mandiri Sekuritas: Indonesia Magnet Investor Asing di ASEAN
Ada tiga faktor pendukung pandangan Mandiri Sekuritas.
Jakarta, FORTUNE - Mandiri Sekuritas menyebut pasar ekuitas Indonesia saat ini lebih menarik minat para investor asing dibandingkan pasar lain di wilayah Asia tenggara, berdasarkan valuasi, diversifikasi sektor, dan resiliensi.
Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengatakan, walaupun secara year to date indeks pasar modal Indonesia tergolong volatil, tapi masih relatif menarik bagi investor asing.
Pendapatnya mengacu pada jumlah aliran masuk dana asing (net foreign inflow) yang masuk ke pasar ekuitas Indonesia sejak Februari sampai dengan Mei, yang berjumlah Rp20 triliun. Angka itu hampir menyamai dana asing yang keluar (net foreign outflow) dari Indonesia ke Cina pada Desember 2021 dan Januari 2022, yang totalnya Rp24 triliun.
“Waktu itu kan ada ketakutan itu pembukaan kembali ekonomi Cina, terjadi outflows cukup besar Rp24 triliun. Tapi di periode Februari sampai Mei, dana asing kembali lagi ke Indonesia,” katanya kepada pers di The Loft, Menara Mandiri 2, Rabu (7/6). “Sebenarnya mereka masih melihat Indonesia cukup menarik juga.”
Tiga faktor pendukung pasar ekuitas Indonesia di paruh kedua 2023
Lebih lanjut, ada tiga faktor yang menjadi katalis bagi prospek pasar ekuitas Indonesia pada semester kedua 2023. Pertama, valuasinya tidak berlebihan (overvalue). Mandiri Sekuritas memproyeksikan rasio price to earning (P/E) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 13,7 kali pada 2023 dan 12,7 kali pada 2024.
“Dan kita lihat, Cina reopening proxy seperti Thailand cukup mahal ya, di 16 kali P/E sehingga kalau dilihat, Indonesia tetap menjadi pasar menarik karena kekuatan risiko eksternalnya cukup oke,” jelasnya.
Selain itu, likuiditas pasar pun membaik. Karena apa? Pertama, sektor yang terdiversifikasi sejak tiga tahun terakhir. Lalu, dari segi jumlah IPO. Khususnya yang bernilai di atas US$500 juta. Pada 2021, ada dua IPO dengan skala itu, begitu juga dengan 2022, lalu bertambah menjadi tiga pada 2023. Rata-rata nilai transaksi harian IHSG pun sudah bertumbuh 20 persen dibandingkan 2019 atau prapandemi, dari US$424 juta menjadi US$607 juta per hari.
“Dalam tiga bulan terakhir, daily trading kita bisa US$600 juta sampai US$700 juta, ini daya tarik tersendiri. Kalau memang emerging marketbisa mulai outperform develop market saat Amerika Serikat menghentikan pengetatan suku bunga dan mulai penurunannya, harusnya pasar kita lebih menarik ya [dari pasar lain di Asia Tenggara],” katanya lagi.
Adapun, Mandiri Sekuritas masih mempertahankan proyeksi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di level 7.510 pada 2023, seperti target pada awal tahun ini.