MARKET

Mirae Asset: BI Berpeluang Turunkan Suku Bunga Paruh-II 2023

Paling cepat dilakukan bulan September 2023.

Mirae Asset: BI Berpeluang Turunkan Suku Bunga Paruh-II 2023Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
08 June 2023

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia berpeluang menurunkan suku bunga acuan di paruh kedua 2023, menurut Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Salah satu katalisnya, penurunan inflasi yang lebih cepat dari perkiraan.

Pada Mei 2023, inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) dan inflasi inti mencatatkan realisasi lebih rendah dari ekspektasi, masing-masing menjadi 4,0 persen (YoY) dan 2,66 persen (YoY). Sementara itu, perkiraan konsensusnya adalah 4,21 persen (YoY) dan 2,81 persen (YoY).

Itu yang terendah dalam setahun terakhir, juga kembali ke target BI sebesar 3±1%.

Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI), Rully Arya Wisnubroto mengatakan, “[Sebelumnya] Kami perkirakan [inflasi] baru bisa ke level itu pada Agustus atau September.”

Meski begitu, pasar global masih tetap bergejolak. Khususnya di tengah ketidakpastian dan spekulasi pasar atas arah kebijakan suku bunga acuan The Fed pada Juli. Rully menyebut, pasar mengantisipasi kenaikan sekali lagi pada Juli mendatang. Faktor rilis data ekonomi AS seperti inflasi dan tingkat pengangguran juga akan memengaruhi sentimen di pasar.

Hal-hal itu juga akan menentukan arah kebijakan moneter Indonesia ke depan. Akan tetapi, Rully optimistis ada peluang BI mulai melonggarkan ‘ikat pinggang’ suku bunga tahun ini. 

“Apabila kami perkirakan, jika BI mau menurunkan suku bunga, itu paling cepat di bulan September,” katanya kepada pers di acara Media Day Mirae Asset Sekuritas edisi Juni.

Jika proyeksinya benar, maka itu akan memberikan sentimen positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Adapun, sebelumnya MASI memproyeksikan IHSG bisa mencapai level 7.850 pada 2023.

Namun, dalam Buletin Investasi, Keuangan, dan Ekonomi edisi Mei Dwi Minggu I dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Sistem Manajemen Investasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Analis Senior MASI telah merevisi proyeksi IHSG 2023 ke kisaran 7.000 sampai dengan 7.500.

Volatilitas AS dan dampak ke Indonesia

Rully mengatakan, volatilitas global–khususnya AS–belum hilang. Meskipun sudah ada kesepakatan plafon utang, AS masih berhadapan dengan keterbatasan kas. Itu akibat pembahasan plafon utang yang berlarut-larut. Yang, pada ujungnya membuat AS harus menerbitkan lebih banyak surat utang, sehingga akan memengaruhi yield US Treasury. Itu juga berpotensi berdampak terhadap pasar obligasi Indonesia.

“Selain itu, yang bisa menyebabkan volatilitas, spekulasi akan arah FFR (Fed Fund Rate) ke depan Tiap bulan itu selalu mengalami [volatilitas] ketika keluar data-data ekonomi AS terkait pengangguran, inflasi. Ke depan, mendekati FOMC itu akan terjadi volatilitas,” jelas Rully.

Gejolak itu baru akan menurun jika data ekonomi AS pulih sesuai target The Fed. MASI sendiri memperkirakan volatilitas di AS masih akan tinggi hingga kuartal III 2023.

“Apabila sudah ada kepastian dari terminal rate The Fed, mungkin seharusnya volatilitas akan lebih menurun,” katanya lagi.

Bagaimana dengan dampaknya terhadap pasar ekuitas? Sebelumnya, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer menilai, walau volatilitas lebih tinggi seharusnya kondisi pasar di semester kedua lebih baik dari paruh pertama.

“Valuasi kita tidak overvalue posisinya, jadi ini agak menarik, sedangkan dari segi pengetatan moneter sudah hampir selesai,” katanya (7/6) kepada pers di Menara Mandiri 2. “Secara historis, [valuasi] 15,5 kali, sekarang 13,5 kali. Harusnya 6-12 ke depan cuku positif, tinggal tunggu saja kapan AS hentikan kenaikan suku bunga.”

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.