Saham Garuda ARB Terus, Investasi Chairul Tanjung Tergerus
Nilai investasi perusahaan Chairul Tanjung di GIAA turun 68%
Jakarta, FORTUNE – Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) kembali menyentuh level auto reject bawah (ARB), Rabu (11/1) untuk enam hari berturut-turut. Dampaknya, investasi perusahaan Chairul Tanjung pun tergerus.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, saham GIAA ditutup melemah 6,34 persen di harga Rp133. Dalam sepekan terakhir, saham emiten penerbangan pelat merah itu sudah tertekan 27,32 persen. Lebih lanjut, melansir RTI Business, volume transaksinya mencapai 9,30 juta lembar, dengan nilai transaksi Rp1,24 miliar dan frekuensi perdagangan sebanyak 620 kali.
Adapun, berdasarkan laporan registrasi pemegang efek per 31 Desember 2022, perusahaan transportasi milik Chairul Tanjung, PT Trans Airway, mempunyai saham Garuda Indonesia sebanyak 7,31 miliar. Itu setara 7,99 persen.
Artinya, dengan harga per Rabu—Rp133—nilai investasi Trains Airway milik Chairul Tanjung mencapai Rp973,13 miliar. Jika dibandingkan dengan harga pada 3 Januari 2023, maka nilainya sudah terkikis sekitar 68,55 persen.
Di hari perdana perdagangan setelah suspensi, harga saham GIAA menyentuh level Rp224, yang berarti investasi Trans Airway di GIAA bernilai hampir Rp1,64 triliun.
Selain Trans Airway, saham Garuda Indonesia juga dikuasai oleh Negara (64,54 persen) dan publik (27,47 persen).
Siasat Garuda Indonesia pulihkan kinerja
Demi memulihkan kinerja, Garuda Indonesia bakal meningkatkan kapasitas alat produksi, dengan menambah operasional armada minimal 66. Itu di luar armada lama yang perseroan miliki.
Selain itu, perseroan pun akan mengoptimalkan ekspansi jaringan berdasarkan hub strategis melalui penguatan penerbangan ke lokasi berpermintaan tinggi. Sebut aja Denpasar, Makassar, Jakarta, sampai Medan (Kualanamu).
Lebih lanjut, lini bisnis kargo pun akan diperkuat, sejalan dengan naiknya sektor ekspor. “Kami akan perkuat dengan ekspansi jaringan penerbangan kargo. Baik untuk penyewaan maupun penerbanagan berjadwal,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra dalam keterangan resmi baru-baru ini.
Garuda Indonesia juga telah menerbitkan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sejumlah 39,788 miliar lembar senilai Rp7,79 triliun dalam rangka merampungkan proses restrukturisasi.
Selanjutnya, perseroan juga melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. GIAA sudah mendistribusikan saham untuk konversi utang sebanyak 25,80 miliar lembar saham tau Rp5,05 triliun. Itu termasuk realisasi obligasi wajib konversi.