Saham Tesla Anjlok 65%, Harta Elon Musk Lenyap US$137 Juta
Total kekayaan Elon Musk yang lenyap: US$200 miliar.
Jakarta, FORTUNE – Harga saham Tesla Inc telah merosot 65 persen selama 2022. Sontak, sebagai tokoh kunci Tesla, Elon Musk pun terkena dampak pemerosotan saham Tesla.
Pelemahan saham Tesla itu terjadi akibat pemberhentian sementara produksinya di Shanghai, akibat pelonjakan kasus Covid-19 yang berujung pembatasan mobilitas (lockdown).
Penjualan mobil Tesla tidak mencapai target pertumbuhan 50 persen—hanya mampu mencapai 40 persen—pada 2022. Melansir The New York Times, total penjualannya mencapai 1,3 juta sepanjang 2022. Untuk mobil listrik, Tesla sudah mengirimkan 405.000 di kuartal IV 2022, di bawah ekspektasi analis: 420.000.
Pada akhirnya, Elon yang terkena getahnya. Mengutip New York Post, kekayaannya anjlok US$137 juta. Bahkan, data Bloomberg Billionaire’s Index menunjukkan, miliarder teknologi itu telah kehilangan kekayaan bersih US$200 miliar. Itu angka spektakuler, sampai-sampai memecahkan rekor.
Lebih-lebih, anjloknya kekayaan bersih Elon terjadi setahun setelah pemilik Twitter itu berhasil mengumpulkan kekayaan lebih dari US$200 miliar pada 2021. Ia orang kedua yang meraih rekor itu setelah pendiri Amazon, Jeff Bezos. Pada tahun itu, kekayaan bersih Elon memuncak pada November, yakni US$340 miliar.
Pada awal Desember 2022, gelar ‘orang terkaya dunia’ Elon berpindah kepada CEO LVMH Prancis, Bernard Arnault.
Posisi Tesla di persaingan kendaraan listrik
Rekor kerugian Elon pada 2022 mengindikasikan tingginya lonjakan Tesla dan kekayaan bersih Musk saat pandemi. Pada 2021, Tesla bernilai lebih dari US$1 triliun per Oktober 2021. Itu membuat Tesla sejajar dengan Apple, Amazon, dan Alphabet induk Google.
Sayangnya, dominasi Tesla di pasar kendaraan listrik cepat terkejar oleh para pesaing. Salah satu sebabnya: Musk terlalu fokus dengan bisnis barunya: Twitter. Berdasarkan data Bloomberg Billionaire’s Index, Musk harus menjual mayoritas saham Tesla pada 2022 karena akuisisi Twitter senilai US$44 miliar.
Selain itu, ada kesenjangan antara total pengiriman kendaraan listrik (sekitar 405.000) dan total produksi (440.000 unit) pada kuatal IV 2022. Pengiriman itu lebih rendah dari ekspektasi analis, yakni 420.000.
Apa itu karena problem rantai pasokan? Menurut Kepala Hubungan Investor Tesla, Martin Viecha, bukan itu masalahnya.
“Kesenjangan itu mencerminkan kendaraan [yang masih] dalam perjalanan ke pelanggan,” tulisnya di Twitter.
Melihat itu, ketakutan investor—bahwa Elon terlalu berfokus pada Twitter—berisiko menguat. Direktur Pelaksana Future Fund, Gary Black, memperkirakan analis akan memangkas estimasi penjualan dan keuntungan Tesla pada 2023. Tesla sendiri akan melaporkan pendapatan 2022 pada 25 Januari 2023.
Kendati demikian, pekan lalu Elon berupaya meyakinkan para karyawan agar tidak mencemaskan saham Tesla yang ‘terbakar’ melalui memo internal. “Jangan terlalu terganggu dengan fluktuasi pasar saham,” ujarnya. “Ketika kita menunjukkan kinerja luar biasa yang berkelanjutan, pasar akan menyadarinya.”
Memang, persentase kenaikan penjualan Tesla melampaui saingan-saingannya. Namun, kompetitor berpengalaman—seperti Ford, General Motors, dan Volkswagen—mampu memproduksi kendaraan massal dengan harga murah. Sejumlah investor meyakini para pesaing itu bisa mengejar Tesla lebih cepat dari perkiraan di pasar kendaraan listrik. Ada pula sentimen lain seperti kenaikan suku bunga juga mengancam permintaan mobil Tesla.