Saham Turun 10 Hari Beruntun, Bagaimana Prospek Astra 2024?
Saham ASII memerah sepuluh hari terakhir.
Jakarta, FORTUNE - Saham PT Astra International Tbk (ASII) sedang berada di zona merah beberapa waktu belakangan ini. Lantas, bagaimana prospeknya ke depan?
Berdasarkan data Google Finance, ASII sudah tertekan 10,96 persen ke harga Rp5.075 secara year to date per Jumat (26/1) pukul 16.14 WIB. Sementara itu, data IDX Mobile menunjukkan, sudah 10 hari berturut-turut saham ASII memerah sejak 15 Januari 2024.
Volume transaksi ASII per Jumat pukul 16.25 WIB berjumlah 71,8 juta, dengan nilai transaksi Rp360 miliar dan frekuensi sebanyak 17.800 kali.
Sebelum ini, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji mengatakan, secara teknikal ASII mengalami oversold berdasarkan indikator RSI. Harganya diperdagangkan tepat di batas bawah saluran bawah, menunjukkan candle atas berputar yang bearish.
Di sisi lain, secara fundamental, BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan laba bersih ASII turun 10 persen di 2024, walaupun pendapatan diperkirakan tumbuh senilai 2 persen (YoY).
"Karena kami memperkirakan pemulihan penjualan mobil akan diimbangi oleh melemahnya segmen pertambangan," tulis Analis BRI Danareksa Sekuritas, Christian Sitorus dalam risetnya.
BRI Danareksa Sekuritas memprediksi penjualan mobil akan membaik 5,5 persen (YoY) di tahun ini karena suku bunga yang lebih rendah, dengan sedikit kontribusi dari tipe kendaraan hibrida. Sementara penjualan motor diproyeksi stagnan karena adanya tekanan jangka pendek di daya beli segmen menengah atau bawah.
Kendaraan ICE atau konvensional dari ASII diharap mempertahankan dominasi di pasar. Sebab, BRI Danareksa Sekuritas menilai, manfaat ekonomi kendaraan EV atau hibrida belum terbukti. Hal itu karena masih mahalnya biaya baterai dan perbedaan rata-rata harga jual (average selling price) yang signifikan dengan tipe ICE.
Dari segi pangsa pasar, ASII diestimasikan bisa mempertahankan 54-55 persen pangsa pasar di segmen roda empat, dengan volume tahunan 4-5 persen.
"Kami memperkirakan laba divisi otomotif akan mendatar di tahun 2024, dengan gross profit margin/OPM (operating profit margin) dipertahankan di 11 persen/2 persen," jelas Christian.
Untuk segmen pertambangan, BRI Danareksa Sekuritas memprediksi pendapatan UNTR akan mencapai puncaknya di 2023, sebelum menurun 5 persen tahun ini akibat proyeksi normalisasi harga batu bara yang berlanjut.
Dus, BRI Danareksa Sekuritas pun membidik target harga Rp5.700 per saham untuk ASII. Dengan rasio price to earning (P/E) senilai 6,2 kali dan rasio price to book value (P/BV) 0,9 kali pada 2024.