Sempat Terdengar di 2019, Kabar IPO Lion Air Muncul Lagi
Apa kata BEI tentang IPO Lion Air yang kabarnya jumbo ini?
Jakarta, FORTUNE - Kabar rencana Initial Public Offering (IPO) Lion Air atau PT Lion Mentari Airlines, yang sempat tersiar pada 2019, kembali terdengar tahun ini. Tak main-main, nilainya disebut-sebut berpeluang mencapai US$500 juta.
Maskapai penerbangan swasta terbesar Indonesia itu kabarnya sedang berdiskusi dengan para penasihat terkait potensi untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) setidaknya di akhir tahun ini, menurut keterangan narasumber yang meminta dirahasiakan identitasnya, sebagaimana dilansir dari Bloomberg, Senin (15/1).
"Pertimbangan sedang berlangsung dan detail seperti besar emisi dan waktu IPO masih bisa berubah," katanya.
Perwakilan Lion Air enggan menanggapi kabar tersebut.
Di sisi lain, pihak BEI mengaku belum menerima dokumen-dokumen terkait syarat pendaftaran IPO dari Lion AIr.
Rencana debut di bursa itu pun belum terdaftar dalam antrean atau pipeline IPO yang saat ini berisi 18 calon emiten.
IPO Lion Air dan dampaknya terhadap pasar modal
Apabila IPO Lion Air benar-benar terjadi, dengan nilai emisi seperti yang dikabarkan, maka itu dapat mendongkrak pasar IPO Indonesia, yang pada 2023 berhasil mencatatkan nilai emisi IPO sejumlah Rp54,14 triliun. Angka itu jauh melesat dari total nilai emisi IPO pada 2022 yang mencapai Rp33,06 triliun.
Laporan dari EY tentang IPO secara global menyebut, Indonesia menduduki posisi keenam di dunia dari segi jumlah IPO pada tahun lalu, yaitu 79 emiten. Sementara itu, dari segi nilai, Indonesia berada di posisi kesembilan secara internasional.
Adapun, ini bukan pertama kalinya informasi mengenai rencana IPO Lion Air muncul. Pada 2019, perusahaan telah berniat mengeksplorasinya, tidak lama setelah kecelakaan JT-610 pada Oktober 2018. Akan tetapi, pandemi Covid-19 mendadak melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Yang pada akhirnya berimbas terhadap industri penerbangan global karena penerapan pembatasan perjalanan.
Lion Air sendiri merupakan anak usaha dari PT Langit Esa Oktagon (LEO Group), bagian dari Lion Group. Penerbangan pertamanya bermula pada tahun 2000. Sebelum pandemi melanda, perusahaan itu mengangkut 36,8 juta penumpang pada 2018, hampir 35 persen dari wisatawan yang menggunakan jalur udara di Indonesia.