Tips Investasi Reksa Dana di Kuartal II 2024, Intip Yuk!
Khususnya, reksa dana ber-underlying saham bank.
Fortune Recap
- Pilih strategi sesuai tujuan investasi dan profil risiko
- Ada dua strategi yang dijelaskan oleh Parto, yakni:
- Buy and hold: investasi jangka panjang tanpa memedulikan fluktuasi jangka pendek.
- Dollar cost averaging: membeli reksa dana dalam jumlah yang sama secara reguler.
- Evaluasi berkala sebagai manajemen risiko
- Melakukan peninjauan berkala terhadap kondisi pasar dan tingkat pengembalian reksa dana.
Jakarta, FORTUNE - Seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi makro dan faktor eksternal, apa saja Tips Investasi Reksa Dana di kuartal II 2024? Khususnya, dengan mempertimbangkan saham-saham bluechip sektor perbankan.
Direktur Infovesta, Parto Kawito mengatakan, saat ini industri perbankan nasional masih resilien. Sejumlah data menjadi dasar dari pandangan itu.
Pertumbuhan kredit tahunan per April 2024 masih mencapai 11,28 persen (YoY), berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Begitu pula dengan dana pihak ketiga yang masih tumbuh 5,66 persen (YoY) dan NPL gross di level 2,35 persen.
"Profitabilitas tetap terjaga, dengan NIM sebesar 4,49 persen dan return on asset 2,52 persen. Permodalan perbankan pun meningkat 27,72 persen,"" katanya, dikutip Selasa (23/4).
Dari segi indeks, Infovesta mencatat, pengembalian IDXFINANCE selama setahun ini mencapai 3,28 persen. Angka itu melampaui pengembalian IDXLQ45, yakni -1,60 persen, di periode yang sama. Dalam lima tahun terakhir, tingkat pengembalian sektor keuangan bahkan mencapai 11,16 persen, jauh di atas LQ45 yang -9,34 persen.
Lantas, dengan dasar-dasar katalis positif itu, bagaimana tips investasi reksa dana di 2024 yang berkaitan dengan produk dengan underlying saham-saham sektor keuangan dan perbankan? Berikut ini tips dari Parto.
Tips investasi reksa dana di kuartal II 2024
1. Pilih strategi sesuai tujuan investasi dan profil risiko
Ada dua strategi yang dijelaskan oleh Parto, yakni:
- Buy and hold
Tip pertama ini merupakan strategi investasi jangka panjang. Dus, langkah ini tak memedulikan fluktuasi jangka pendek, dengan keyakinan bahwa nilai investasi akan bertumbuh sendirinya seiring waktu.
"Investor membeli di awal dan memegangnya dalam waktu yang lama," kata Parto.
Misalnya, pada 28 April 2022, Anda membeli 193.207 unit reksa dana dengan NAB 1.242,19, serta jumlah dana investasi Rp240 juta. Kemudian, Anda melepasnya pada 5 April 2024 dengan NAB 1.317,47. Berapa tingkat pengembaliannya?
Pengembalian = (NAB x jumlah unit) - total investasi.
Pengembalian = (1.317,47 x 193.207) - 240.000.000 = 6,06 persen.
- Dollar cost averaging
Tip kedua ini menerapkan konsep membeli reksa dana dalam jumlah yang sama secara reguler. Contoh, membeli reksa dana senilai Rp1 juta pada setiap awal bulan.
Dengan cara kedua ini, menurut Parto, keuntungan akan bisa lebih dirasakan ketika pasar sedang berfluktuasi. Kendati demikian, ada juga risiko yang harus ditanggung.
"Fee yang harus ditanggung investor bisa lebih besar," kata Parto.
2. Evaluasi berkala sebagai manajemen risiko
Jika sudah menetapkan strategi, melakukan peninjauan secara berkala pun menjadi penting. Apalagi, di tengah situasi fluktuatif seperti di awal kuartal II 2024 ini akibat sejumlah sentimen, seperti kondisi geopolitik, harga komoditas, dan nilai tukar rupiah.
Pemantauan ini bukan hanya sekadar memperhatikan kondisi pasar, melainkan juga mengecek kembali tingkat pengembaliannya. "Apakah reksa dana yang dimiliki mempunyai pengembalian yang lebih unggul dibandingkan peers atau benchmark-nya?" Kata Parto.
3. Evaluasi manajer investasi
Selain meninjau berkala produk investasi, Anda pun harus memeriksa strategi, kualitas, dan rekam jejak manajer investasi sebagai penanggung jawab reksa dana.
Menurut Parto, ada sejumlah kriteria reksa dana dan manajer investasi yang mesti diperhatikan, yaitu:
- Memiliki kinerja historis yang bagus serta konsisten secara risiko dan pengembalian.
- Memiliki jumlah dana kelolaan dan pertumbuhan unit penyertaan yang sehat.
- Memiliki struktur biaya yang murah.
- Memiliki portofolio investasi dengan underlying fundamental yang baik.
- Manajer investasi memiliki penerapan GCG yang baik.